Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/05/2017, 11:46 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com – Kamar penampungan TKI (tenaga kerja Indonesia) di BP3TKI Nunukan, Jumat (26/5/2017) siang terasa panas. Beberapa kali anak-anak Nurliah berusaha menyalakan kipas angin yang berada di atas ranjang susun yang jumlahnya 8 buah tersebut.

Hari itu Nurliah bersiap pulang ke kampung halamannya di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, dengan menumpang kapal. Nurliah bersama empat anaknya sudah tiga hari menghuni penampungan sementara di Nunukan setelah dipulangkan dari Konsulat RI di Tawau, Malaysia.

“Besok mau pulang kampung. Demi masa depan anak–anak saya memilih pulang kampung,” kata perempuan itu Jumat kemarin.

Nurliah mengaku sudah 20 tahun jadi TKI illegal di Kota Lahat Datu, Malaysia. Ia bekerja sebagai buruh kasar di perkebunan sawit bersama suaminya. Mereka masuk ke Malaysia secara illegal melalui Sungai Nyamuk.

Baca juga: Malaysia Deportasi 132 TKI Ilegal, Biaya Pemulangan Dibebankan ke TKI

Suami pertamanya meninggal karena kecelakaan kerja di perkebunan tempat mereka bekerja. Saat dia baru melahirkan anak pertama mereka, seorang perempuan. 

Nurliah kemudian menikah lagi dengan Jamal, teman sekerjanya di perkebunan tersebut. Jamal berasal dari Pinrang, Sulawesi Selatan.

Selama 15 tahun kehidupan berkeluarga mereka berjalan menyenangkan hingga memiliki tiga anak. Meski bekerja secara illegal, Nurliah bisa sering pulang kampung dengan melalui  jalur tak resmi.

"Sering pulang pergi lewat samping (jalur tidak resmi), melalui Sungai Nyamuk. Bisa setahun sekali,” kata dia.

Malapetaka menimpa keluarga Nurliah ketika ia harus pulang kampung karena orang tuanya meninggal pada 2016. Selama tiga bulan di kampung, ternyata suami keduanya memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menggauli anak pertamanya.

Nurliah mengetahui hal itu dari laporan anak ke 3 yang melihat kelakuan bejat sang ayah terhadap anak tirinya.

Saat mendengar pengakuan dari anaknya dan suaminya, Nurliah kemudian melaporkan kejadian tersebut ke Konsulat RI di Tawau Malaysia.

"Karena kami tidak ada dokumen, saya lapor ke konsulat. Di sana kami tinggal selama 6 bulan untuk proses kasusnya,” kata Nurliah.

Ia mengatakan, keputusan untuk membawa ke 4 anaknya ke kamung halaman demi hidup anak-anak itu agar jadi lebih baik. Nurliah tidak membawa apa-apa dari hasil kerjanya. 

Sekitar 6 tas barang bawaan yang kebanyakan berupa pakaian merupakan hasil sumbangan warga Indonesia yang iba saat melihat dirinya di penampungan Konsuat RI di Tawau Malaysia.

“Suami saya sekarang dipenjara di Malaysia. Demi kebaikan hidup anak anak saya, kami pulang kampung,” kata dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com