Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengantar Mereka Meraih Cita-cita di Sekolah Tenda

Kompas.com - 18/02/2017, 09:15 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com — Kampung Cisarua menjadi populer belakangan ini lantaran Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu memerintahkan staf khususnya memberikan bantuan meja, bangku, alat tulis, dan papan tulis, sebagai sarana pendidikan kepada anak-anak di kampung tersebut.

Di perkampungan yang terletak di Desa Banyu Resmi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, ini, berdiri sebuah bangunan sekolah tak layak. Puluhan anak di Kampung Cisarua terpaksa harus menimba ilmu di bawah bilik kayu sebagai penyangga, beratap terpal, dan beralaskan tanah.

Hanya ada satu sekolah di kampung itu. Namanya Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sirna Asih. Disebut sebagai kelas jauh, sekolah ini menginduk dari SDN Sirna Asih yang jaraknya cukup jauh dari kampung itu.

Masyarakat setempat menyebutnya dengan sekolah tenda atau sekolah terpal. Lokasinya berada di balik perbukitan dengan jalur yang ekstrem.

Soal fasilitas lain, nyaris tidak ada. Hanya ada bangku dan meja kayu untuk para murid, serta papan tulis lengkap dengan kapurnya yang terpasang di balik tenda berwarna biru itu.

Tidak ada juga toilet, apalagi perpustakaan. Sekolah yang sudah berjalan enam tahun itu pun tak pernah melakukan upacara bendera karena tidak memiliki lapangan ataupun tiang bendera.

KOMPAS.COM/Ramdhan Triyadi Di perkampungan yang terletak di Desa Banyu Resmi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ini, berdiri sebuah bangunan beratap terpal, beralaskan tanah, dengan bilik kayu sebagai penyangga. Namanya Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sirna Asih. Masyarakat setempat menyebutnya sekolah tenda atau sekolah terpal.
Kondisi lain yang lebih memprihatinkan adalah saat cuaca sedang tidak  mendukung. Jika hujan turun, terkadang kegiatan belajar diliburkan. Lantai tanah pun praktis berubah menjadi becek.

Percikan air hujan dapat dilihat dari atap terpal yang di beberapa bagiannya sudah berlubang. Angin kencang terkadang masuk ke dalamnya. Jangan heran jika siswa di sana bersekolah hanya menggunakan sendal jepit, ada pula yang tanpa alas kaki.

Kampung Cisarua yang berjarak lebih kurang 45 kilometer dari Istana Bogor dan dapat ditempuh sekitar 2 jam perjalanan dari pusat Kota Bogor seolah menjadi daerah yang terisolasi.

Akses pendidikan yang amat penting bagi keberlanjutan bangsa ini belum dapat dirasakan seutuhnya oleh anak-anak di sana.

Salah satu inisiator sekolah terpal, Abdul Rozak (37), mengatakan, sekolah terpal ini dibangun karena susahnya anak-anak mendapatkan akses pendidikan di sana.

Untuk dapat mencapai sekolah terdekat dari Kampung Cisarua, lanjut Abdul, dibutuhkan waktu tempuh 1,5 jam perjalanan dengan berjalan kaki melewati hutan dan bukit. Belum lagi, mereka bisa saja bertemu binatang liar, seperti babi hutan dan ular.

Abdul mengungkapkan, dengan alasan itu, maka dibuatlah sekolah terpal sebagai fasilitas pendidikan untuk anak-anak di Kampung Cisarua. Mereka tak perlu lagi berjalan jauh untuk mengenyam pendidikan. Cukup berjalan kaki beberapa meter dari rumah.

"Jarak ke sekolah terdekat dari sini (Kampung Cisarua) itu empat kilometer. Tidak mungkin para orangtua membiarkan anak-anaknya yang masih usia enam tahun sendiri ke sekolah, tidak juga sekalipun diantar. Ditambah lagi, jalannya setapak dan bebatuan. Belum lagi kalau habis hujan, jalan jadi licin. Jadi, kami tidak mau ambil risiko," kata Abdul kepada Kompas.com, akhir pekan lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com