Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengantar Mereka Meraih Cita-cita di Sekolah Tenda

Kompas.com - 18/02/2017, 09:15 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah

Penulis

Dia menambahkan, kegiatan pendidikan di Kampung Cisarua sudah dimulai akhir tahun 2010, atau sekitar enam tahun lalu. Awalnya, proses belajar-mengajar di sana mengandalkan rumah-rumah warga atau majelis taklim sebagai sarana tempat pendidikan.

Abdul menuturkan, seiring bertambahnya anak-anak yang antusias mengikuti kegiatan belajar, maka pada tahun 2013, Abdul bersama tiga temannya sepakat untuk mengurus izin mendapatkan bangunan sekolah.

Meski tempat seadanya, menurut dia, yang penting anak-anak di sana punya tempat sendiri untuk belajar, meraih cita-cita setinggi langit.

"Tahun 2010, hanya semacam kelompok belajar dengan dua tenaga pendidik. Lokasi belajar juga berpindah-pindah dari rumah warga ke rumah warga lain. Setelah peserta didik bertambah, warga sepakat membangun kelas beratap terpal. Sisanya, ada yang belajar di rumah warga dan majelis taklim. Jumlah guru sekarang ada empat orang," ujarnya.

Kini, Abdul, warga, dan para orangtua hanya berharap dapat melihat anak-anak Kampung Cisarua belajar di tempat yang lebih layak. Meski sudah mengajukan bantuan kepada dinas pendidikan melalui unit pelaksana teknis (UPT) setempat, usaha itu tampaknya masih jauh dari harapan.

"Anak-anak sangat ingin belajar. Biar hanya beratap terpal dan tanah, mereka tidak pernah mengeluh karena hanya ini kesempatan mereka untuk menimba ilmu. Tidak ada sekolah di kampung ini, selain ini," tutur dia.

KOMPAS.COM/Ramdhan Triyadi Di perkampungan yang terletak di Desa Banyu Resmi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ini, berdiri sebuah bangunan beratap terpal, beralaskan tanah, dengan bilik kayu sebagai penyangga. Namanya Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sirna Asih. Masyarakat setempat menyebutnya sekolah tenda atau sekolah terpal.
Cerita guru

Pada usia yang masih remaja, 17 tahun, Siti Afifah atau biasa disapa Teh Ifa sudah menjadi guru bagi siswa-siswa di sekolah tenda. Enam tahun Ifa mengajar di sana. Ifa adalah salah satu guru pertama semenjak sekolah itu dibangun.

Warga asli Kampung Cisarua ini hanya tamatan madrasah ibtidaiyah (MI) atau setara lulusan sekolah dasar (SD). Meski begitu, Ifa diserahi tanggung jawab mengajar murid-murid di sana bersama tiga guru lainnya.

Berbeda dengan anak sepantarannya di sana yang tidak punya kesempatan bersekolah, Ifa beruntung masih bisa sekolah dan lulus meski hanya tamatan SD.

Dia menuturkan keinginannya mengajar karena melihat kegigihan anak-anak di sana untuk belajar. Berangkat dari situ, Ifa ingin mengubah pandangan masyarakat bahwa anak kampung juga bisa berpendidikan.

"Saya melihat, di sini perlu bantuan tenaga guru karena susah datang mengajar di kampung ini," ucapnya.

Ifa meyakini, jika suatu kelak, anak-anak di sekolah tenda ini bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi dan meraih cita-citanya. Menurut dia, tidak ada yang tidak mungkin selama mau berusaha.

Soal gaji, dia mengaku hanya dibayar sebagai tenaga honorer sebesar Rp 1 juta per tiga bulan. Namun, bukan soal itu. Ia memiliki semangat untuk terus mengabdi karena ingin mendidik anak-anak di Kampung Cisarua ini.

"Saya semangat karena anak-anak di sini juga semangat," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com