Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disabilitas dan Cerita Kesabaran Penyelenggara Pilkada

Kompas.com - 06/02/2017, 17:41 WIB
Masriadi

Penulis

LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com - "Azhari... Azhari..." terdengar suara panitia memanggil nama Azhari dalam simulasi pencoblosan Pemilihan Kepala Daerah Aceh di Yayasan Bina Upaya Kesehatan Para Catat, Banda Aceh, Sabtu (4/2/2017).

Panitia celingukan. Mereka melihat ke kiri dan kanan. Namun, tak ada yang bangun dari tempat duduk penyandang disabilitas di yayasan tersebut.

Seorang teman, yang duduk di samping Azhari, mencolek lengannya. Dia tak bisa mendengar atau tunarungu.

Yang dipanggil namanya itu bangun menuju meja panitia. Ia mengambil kertas suara, lalu menuju di bilik suara.

Sejenak ia diam, mengamati, kemudian mencoblos. Setelah itu ia masukkan kertas suara itu ke kotak suara.

Selain Azhari, ada pula Suhaimi, penyandang tunarungu. Dia melangkah pasti menuju meja Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Tangannya bergerak menunjukkan isyarat.

Petugas KPPS bingung. Mereka tersenyum meskipun tidak bisa menyembunyikan ketidakpahaman melalui ekspresinya.

Sementara itu, Suhaimi terus memberikan bahasa isyarat lewat tangan dan jarinya.

Drama kebingungan itu berakhir setelah Masamah, seorang pengajar di yayasan itu, datang.

Dia menjelaskan bahwa Suhaimi ingin menuliskan namanya dan mendaftar sebagai masyarakat yang akan memilih. Setelah itu, mereka pun tertawa.

"Artinya minta kertas, mau mencatat namanya sebagai pemilih," kata Masamah.

Setelah selesai, Suhaimi duduk mengantre. Masamah menemani petugas dari Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh menerjemahkan isyarat tangan dari penyandang disabilitas lain.

Tiba giliran Nova Sarah, penyandang tunanetra. Dia berjalan sangat pelan.

Seorang petugas pemilihan, Rizki Harin, menuntunnya sembari menjelaskan letak meja bilik suara, dan kotak suara.

Format simulasi itu didesain persis sama dengan tempat pemungutan suara pada hari pencoblosan 15 Februari 2017.

Petugas pemilihan memberikan kertas suara template braille kepada Nova.

Tangan Nova segera meraba kertas itu, lalu memutuskan memilih salah satu kandidat.

Setelah itu, dia mencelupkan kelingkingnya ke tinta. Sah, Nova telah memberi hak pilihnya.

"Saya mau ikut memilih. Kami harap, siapa pun yang menang nanti baik gubernur maupun wali kota Banda Aceh, mereka pemimpin yang amanah, dan memperhatikan kami," harap Nova.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com