Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajar dan Mahasiswa Ungaran Tolak "Hoax" dengan Cara Ini

Kompas.com - 04/02/2017, 23:02 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Ratusan pelajar, mahasiswa dan komunitas di Kabupaten Semarang, mendeklarasikan "Ungaran Anti Hoax" sebagai gerakan untuk menolak berita-berita bohong di media sosial.

Bertempat di pendopo rumah dinas Bupati Semarang, Jl A Yani Ungaran, Sabtu (4/2/2017) siang, kegiatan yang diinisiasi oleh Forum Komunikasi Wartawan Kabupaten Semarang (FKWKS), Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dan Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) ini dikemas dalam sarasehan bertajuk "Cerdas dan Sehat Bermedia Sosial".

Ketua Mafindo, Septiaji Eko Nugroho dalam paparannya berjudul "Fenomena Hoax dan Mitigasinya", mengatakan, rendahnya budaya literasi atau membaca buku di Indonesia menjadi penyebab maraknya penyebaran berita yang tidak sesuai fakta atau hoax.

Berdasarkan data, Indonesia berada di posisi paling buncit nomor dua dari 61 negara dalam hal literasi. Ia menyebutkan bahwa budaya masyarakat kita adalah budaya "ngerumpi" bukan membaca.

Kebanyakan netizen jarang melakukan klarifikasi berita, sehingga semua informasi, baik fakta maupun fiksi, ditelan secara mentah sebagai fakta terpercaya.

"Ini menjadi masalah ketika yang dibicarakan adalah berita yang belum tentu kebenarannya, sementara budaya literasi rendah. Sehingga lebih share daripada menulis, berlomba untuk menjadi yang pertama share, tidak masalah ketika itu benar," kata Aji.

"Kalau salah berarti yang pertama menyebar kebohongan," imbuhnya.

Dalam kesempatan itu, Septiaji mengenalkan aplikasi Turn Back Hoax. Aplikasi itu berbasis web dan android. Pengguna dapat mengakses contoh berita bohong dari berbagai situs.

Sejumlah pelajar membubuhkan tanda tangan dan cap telapak tangan Kompas.com/ Syahrul Munir Sejumlah pelajar membubuhkan tanda tangan dan cap telapak tangan
Jurnalis media cetak, Bowo Pribadi dalam paparannya berjudul "Hoax dan Jurnalisme" menyampaikan ketidakbenaran informasi bisa berupa visual, tekstual dan lisan. Namun penyebarluasan berita bohong paling massif melalui medsos.

Ia mencontohkan pada saat peristiwa bom Thamrin beberapa waktu lalu, beredar banyak foto hoax. Diantaranya foto perempuan berhijab sedang berswafoto dengan latar belakang pelaku aksi teror. Foto tersebut ternyata manipulasi digital dengan cara menggabungkan dua frame menjadi satu frame.

"Dalam dunia fotografi jurnalistik, visual tersebut merupakan kebohongan," ujarnya.

Selain dari Mafindo dan jurnalis, para peserta yang terdiri dari perwakilan SMA/SMK, Mahasiswa dan komunitas netizen dari Kota Ungaran dan Kota Ambarawa juga dibekali dengan materi tips cerdas bermedia sosial dari penulis yang juga seorang blogger Semarang, Dewi Rieke.

Ia memaparkan bahwa banyak yang menganggap bahwa media sosial adalah dunia maya, sehingga mereka bisa bertingkah-laku seenaknya. Padahal meski dianggap sebagai dunia maya, apa yang diperbuat di media sosial akan berimbas pada kehidupan sehari-hari.

Ia mencontohkan sudah banyak kasus pelaporan seorang pengguna Facebook karena dituduh mencemari nama baik seseorang lewat statusnya di medsos.

"Padahal dunia maya atau dunia nyata, dalam berhubungan dengan orang lain ada yang disebut etika dan sopan-santun. Orang sering melupakan etika ini dalam berhubungan di dunia maya," kata Dewi.

Pada penghujung acara, dibacakan prosa berantai yang berisi pesan menolak berita bohong dalam kehidupan sehari-hari baik, terutama di media sosial. Para peserta juga membubuhkan tanda tangan dan cap telapak tangan dengan menggunakan cat warna-warni sebagai simbol dukungan terhadap gerakan ini.

Selain para pelajar, mahasiswa dan komunitas, turut dalam deklarasi anti hoax adalah Bupati Semarang Mundjirin, Ketua DPRD Kabupaten Semarang Bambang Kusriyanto dan perwakilan dari TNI dan Polri.

Kompas TV Polisi: Hoax Bisa Jadi Benar Kalau Tidak Ada Counter Narasi- Satu Meja
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com