Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyeberang Jalan Pintas, Membelah Anak Sungai Brantas

Kompas.com - 17/01/2017, 06:07 WIB
Achmad Faizal

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Setyo Hadi, tidak perlu menarik tali perahu tambangnya keras-keras. Senin (16/1/2017) siang, air sungai Kali Surabaya cukup deras, karena dua hari terakhir, hujan turun setiap malam di wilayah hulu sungai di kawasan Mojokerto, Jawa Timur.

Bersama Sartono, rekannya, pria bapak dua anak itu hanya mengatur laju perahu tambang saat sandar di dermaga buatan berbahan kayu di ujung sungai. "Kalau begini enak, tali tambang tidak perlu ditarik, arus sungai deras, jadi perahu jalan sendiri," katanya kepada Kompas.com.

Lain halnya saat air sungai surut, dia dan rekannya sesama operator harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menjalankan perahu. "Kalau air sungai meluap sampai masuk pemukiman dan menggenangi jalan ya libur, penambangan ditutup," jelas pria 35 tahun ini.

Sartono dan Setyo Hadi adalah salah satu tim operator jasa perahu tambang di sepanjang anak sungai Brantas itu. Keduanya beroperasi menyeberangkan penumpang dari sisi sungai jalan Jambangan di kelurahan Jambangan, menuju sisi sungai di jalan Raya Mastrip di kelurahan Kedurus.

Dengan menumpang perahu tambang sepanjang 13 meter itu, pengguna jalan tidak perlu lagi memutar melewati jembatan Gunungsari yang selalu macet setiap harinya.

Jasa perahu tambang juga dianggap jalan pintas paling murah untuk menghindari kemacetan di sekitaran jalan Gunungsari Surabaya.

Tarif sekali menyeberang dengan perahu tambang kata Setyo Hadi hanya Rp 1.000. Tarif itu berlaku untuk motor, tarif penumpang biasa, bahkan untuk becak.

Tidak perlu waktu lama untuk menyeberang menggunakan perahu tambang. Dengan jarak badan sungai yang hanya 50 meter, tidak sampai 5 menit, penumpang sudah sampai di ujung sungai.

Setyo tidak menerapkan waktu tunggu untuk menyeberang, sehingga tidak sampai ada antrean di dua sisi dermaga.

"Ada satu atau dua penumpang ya diangkut, tidak perlu menunggu, kasihan kalau sampai menunggu," jelasnya.

Mujiono, seorang pengemudi ojek online, mengaku kerap menggunakan jasa perahu tambang di wilayah tersebut. Selain hemat waktu, menurut dia juga hemat bahan bakar.

"Penumpang saya selalu setuju jika saya ajak naik perahu tambang, karena hemat waktu. Daripada memutar lewat jembatan Gunungsari," jelasnya.

Sehari setor Rp 1 juta 

Meski mematok tiket Rp 1.000 untuk sekali jalan, namun hasil operasional perahu tambang, ditarget harus mampu menghasilkan uang Rp 1 juta per hari.

Tapi target itu bukanlah target berat bagi Sartono, karena jika beroperasi penuh sejak pukul 06.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB setiap harinya, rupiah yang dihasilkan bisa lebih dari itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com