Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Pelepah Pisang, Syafik Ciptakan Kerajinan Bernilai Tinggi

Kompas.com - 16/12/2016, 16:25 WIB
Hamzah Arfah

Penulis

GRESIK, KOMPAS.com – Berawal dari kecintaanya akan lingkungan,  Muhammad Syafik (40), warga Jalan Sunan Prapen, Kecamatan Kebomas, Gresik, Jawa Timur, menyulap barang-barang yang selama ini banyak diabaikan orang, menjadi hasil karya bernilai.

Melihat gedebog (batang pisang) yang banyak dibuang pasca dianggap tidak lagi produktif, Syafik tergerak untuk menghasilkan karya seni dari barang yang sudah dianggap sebagai sampah tersebut.

“Sebab di desa saya dan kebanyakan desa yang ada di Gresik, pohon pisang itu banyak yang ditebang dan dibuang sia-sia setelah berbuah, lantaran dianggap sudah tidak lagi produktif. Itu kan sayang kalau tidak dimanfaatkan,” ucap Syafik, Jumat (16/12/2016).

Atas dasar itulah, sejak tiga tahun lalu Syafik mencoba menemukan formula yang pas untuk mengolah gedebog pisang tersebut, mencari barang yang bermanfaat, dan bisa digunakan lagi supaya tidak hanya menjadi sekedar sampah.

“Akhirnya, saya coba mencari apa kira-kira yang bisa dimanfaatkan dari gedebog itu ketimbang menjadi sekedar sampah. Dan tiga tahun lalu, saya kemudian mulai berkreasi dengan pelepah (kulit pohon) pisangnya, untuk menjadikan beberapa kerajinan. Sebab basic saya sendiri memang perajin kayu ,” jelasnya.

Kontributor Gresik, Hamzah Arfah Hasil karya Muhammad Syafik dari pelepah pisang yang sebelumnya banyak disia-siakan oleh warga.
Dengan sentuhan seni yang dimilikinya, Syafik akhirnya berhasil mengkreasikan pelepah pisang menjadi beberapa macam barang bernilai ekonomis seperti, topi, tas, tempat tisu, serta beberapa hiasan lain.

“Tidak susah kok buatnya. Gedebog hanya butuh dikuliti untuk mengambil pelepah pisangnya, setelah itu pelepah yang didapat dijemur dulu selama satu minggu untuk membuatnya kering, sehingga bisa diolah menjadi beberapa kerajinan. Setelah itu, tinggal pintar-pintarnya kita saja dalam mengkreasinya, entah itu dijahit, ditempel, atau dikombinasi dengan media lain,” beber Syafik.

Sementara untuk warna yang muncul dari pelepah pisang yang hendak dibuat kerajinan, Syafik mengaku, selain dipengaruhi oleh terik matahari sewaktu proses penjemuran, juga dapat dipengaruhi pada saat finishing.

“Memang lebih bagus menggunakan bahan kimia, karena hasilnya akan terlihat lebih mengkilat. Tapi sempat saya disarankan oleh salah satu teman, karena sebagai pencinta lingkungan maka menggunakan water based saja dalam proses finishing. Selain lebih ramah lingkungan, karena proses itu hanya memakai air, juga membuat pelepah menjadi terlihat lebih natural,” paparnya.

Untuk pembuatan satu topi, Syafik mengatakan hanya memerlukan satu hari saja untuk menyelesaikannya, begitu juga dengan tas dari pelepah pisang. Sementara untuk tempat tisu, sehari bisa membuat sampai sepuluh tempat tisu.

“Selain saya pasarkan di kalangan lokal, saya juga sempat mencoba memasarkannya di luar negeri. Karena beberapa waktu lalu, ada teman yang kerja di Australia yang sempat coba-coba membawa hasil kerajinan ini dan alhamdulillah sepertinya banyak yang suka, meski sampai saat ini belum continue,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com