Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinggal di Gubuk di Tengah Hutan, Nenek Lempan Didik Cucunya Utamakan Sekolah

Kompas.com - 11/11/2016, 10:32 WIB
Junaedi

Penulis

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com - Lempan (65), seorang nenek di Dusun Lemo Baru, Desa Kuajang, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, mendirikan gubuk berukuran 2,5 meter x 3 meter di tengah hutan karena tak punya lahan.

Di gubuk ini, Lempan tinggal bersama tiga cucunya. Di usianya yang renta, Lempan merawat ketiga cucunya, yakni Rambu (9), Bunga (5) dan Novianti (4).

Gubuknya dibangun dari kayu bekas dan ranting yang didapatkan dari hutan. Hanya ada beberapa piring dan panci tua. Tak ada kasur. Pakaian Lempan dan cucu-cucunya dibiarkan berserakan di lantai bambu rumahnya. Sebagian bergelantungan di dinding.

Menurut sang nenek, dia merawat ketiga cucunya sejak masih bayi berusia delapan bulan. Ketiga cucunya telah menjadi anak yatim. Ibunya telah lama meninggal dunia karena jatuh sakit, sedangkan sang ayah entah pergi entah ke mana. Ibunya menitipkan ketiga anaknya kepada sang nenek.

Selama ini, dia mendapat jatah raskin. Semula hanya dua liter per triwulan, kini sudah 10 liter per triwulan. Namun, Lempan mengaku beras tersebut tidak cukup untuk kebutuhan mereka. Terkadang, dia mengolah jagung dan ubi kayu pemberian warga untuk cucu-cucunya.

Untuk bisa membeli beras tambahan, sang nenek terpaksa mencari kayu di hutan. Per ikat dijual Rp 3.000.

“Saya hanya jualan kayu bakar di pasar. Sebelum dijual dipotong-potong dan dibelah terlebih dahulu. Hasilnya dibelikan beras,” ujar Lempan saat ditemui di rumahnya.

Ketiga cucunya kerap membantu sang nenek mengumpulkan ranting atau pohon kayu. Untuk menjual kayu bakar setiap hari, Lempan harus berjalan kaki sekian kilometer sambil menjunjung setumpuk kayu bakar dari gubuk ke pasar atau berkeliling kampung.

Jika kayu bakarnya tak laku, Lempan kerap menitipkan kayu bakar miliknya di pasar untuk dijual keesokan harinya. Hasil jualan kayunya langsung dibelikan beras atau lauk pauk.

Ketiga cucunya bersekolah. Cucu pertama duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar, sementara kedua adiknya masih duduk di sekolah PAUD.

Dia juga mengaku, telah mendapatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) dari pemerintah. Namun, Lempan menuturkan, baru beberapa kali menerima bantuan KIP, jumlahnya pun tidak tetap.

Meski hidup dalam keterbatasan, Lempan mengaku selalu optimistis. Itu juga yang ditanamkannya kepada ketiga cucunya. Oleh karena itu, dia selalu mengutamakan agar cucunya pergi sekolah dahulu daripada membantunya mencari kayu bakar.

Dia berharap, ketiga cucu yang dipeliharanya sejak bayi kelak tumbuh dewasa seperti anak-anak normal.

Semangat dan kemuliaan sang nenek yang memelihara ketiga cucunya tanpa keluh kesah itu membuat sejumlah warga bersimpati dengan keluarga kecil Lempan.

Sebagian warga datang memberikan semangat agar tetap tegar di tengah keterbatasan keluarganya, sejumlah warga lainnya memberikan bantuan sembako atau apa saja yang dibutuhkan.

Momentum Hari Pahlawan yang diperingati secara nasional, Kamis (10/11/2016), misalnya, sejumlah Komunitas Pemuda Peduli Anak yang tergabung dalam Solidaris Peduli Anak (SPA) Polewali Mandar mendatangi gubuk nenek untuk memberikan bantuan sembako berupa beras, indomie, telur dan makanan apa saja untuk kebutuhan keluarga kecilnya.

Adam, anggota Komunitas SPA, menuturkan, dia dan rekan-rekannya prihatin dengan kehidupan Lempan dan masa depan ketiga cucunya. 

“Ketiga cucunya yang masih bocah hidup memperihatinkan. Saya berharap pemerintah bisa memikirkan kelanjutan masa depannya, terutama ketiga cucunya,” ujar Adam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com