Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal TKI yang Meninggal di Luar Negeri, Pendeta dan Pastor Doa Bersama

Kompas.com - 23/10/2016, 23:45 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com - Sejumlah pendeta Kristen, pastor, dan biarawati Katolik, berkumpul dan menggelar ibadah bersama puluhan aktivis serta masyarakat di depan Rumah Jabatan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT).

Aksi doa bersama dan refleksi itu dilakukan sebagai upaya untuk mengingatkan Pemerintah Provinsi NTT bahwa hingga saat ini sudah puluhan tenaga kerja Indonesia asal NTT yang meninggal dunia, tetapi belum ada upaya dari penguasa untuk merespons persoalan itu.

“Hari ini kami baru saja menerima dua jenazah TKI asal NTT, yang satu dari Hongkong dan satunya dari Malaysia. Itu berarti total TKI yang meninggal saat ini jumlahnya menjadi 44 orang," kata koordinator aksi, Pendeta Emy Sahertian, Minggu (23/10/2016) malam.

"Bagi gereja, itu bukan angka kecil. Kami mengadakan kebaktian khusus terutama di depan rumah jabatan gubernur NTT karena gereja sampai hari ini masih meminta kesediaan pemerintah untuk bersama kami menanggulangi tindak pidana perdagangan orang,” sambung dia.

(Baca juga: 16 TKI Ilegal Asal Situbondo Ditangkap di Malaysia)

Menurut Pendeta Emy, Provinsi NTT masuk kategori darurat human trafficking (perdagangan orang).

Buruh migran Indonesia asal NTT rentan untuk dieskploitasi, terutama di negara-negara yang belum meratifikasi perlindungan buruh migran dan hak-hak buruh.

"Jika pemerintah masih membungkam maka gereja melakukannya dengan pendekatan kegerejaan ibadah, dalam konteks advokasi terhadap umat yang mengalami eksploitasi perdagangan manusia di negara yang kami sebut sebagai perbudakan modern,” ujar dia. 

Pihak gereja juga membangun jaringan dengan mereka yang peduli dan menjadi pendampingan para korban.

“Kami juga berencana untuk bagaimana reintegrasi mereka yang pulang baik yang hidup maupun yang mati. Itu menjadi komitmen gereja dalam program selanjutnya yang kami percaya bahwa akan mendapat dukungan dari masayrakat dan umat, serta jaringan yang sudah berjuang selama ini,” ucap dia.

Hal senada disampaikan Pastor Heribertus Hadiarto yang meminta semua pihak di NTT agar segera merefleksi diri bahwa semua TKI yang bekerja di luar negeri adalah manusia yang mesti diperhatikan.

“Ini mengingatkan kita kepada kemanusiaan bahwa angka 44 ini bukan angka sedikit dan Indonesia, khususnya NTT mesti bangkit untuk melihat dan merefleksi bahwa teman-teman kita yang merantau itu mereka juga adalah manusia," ujar dia.

"Kita berharap dengan doa yang kita buat malam ini peguasa atau pemerintah bisa melihat secara jeli dan secara jeli lagi apa yang terjadi khususnya di NTT,” sambung dia.

(Baca juga: Belum Sampai ke Malaysia, Calon TKI Ditemukan Gantung Diri)

Berdasarkan pantauan Kompas.com, aksi doa bersama sejak sore hingga malam itu berlangsung di trotoar depan rumah jabatan Gubernur NTT dan dijaga ketat oleh aparat dari Kepolisian Resor Kupang Kota.

Para rohaniawan Kristen dan Katolik itu bergabung bersama Aliansi Jaringan Perempuan Indonesia Timur, Sinode GMIT.

Mereka juga mewakili unit pembantu pelayanan, J-RUK, FMN, Forum Mahasiswa Peduli Kemanusiaan, GMKI, keluarga TKI dan tokoh masyarakat.

Dalam aksi itu, mereka membawa lilin, spanduk, poster dan peti jenazah yang bertuliskan 44 orang TKI asal NTT yang meninggal di tempat kerja mereka di luar negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com