NUNUKAN, KOMPAS.com - Mencegah peredaran uang palsu, Kapolsek KSKP Tunon Taka, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, meminta penjual uang ringgit di wilayah perbatasan untuk membentuk grup media sosial.
Di wilayah perbatasan, penukaran Ringgit banyak dilakukan oleh para TKI di pasar maupun di pelabuhan.
Pembentukan grup media sosial tersebut, menurut Kapolsek KSKP Tunon Taka Iptu Eka Berlin, untuk mempermudah pemantauan peredaran uang palsu di wilayah perbatasan.
"Lewat gruo WA (WhatsApp) pelaku penukaran uang palsu akan cepat terdeteksi karena komunikasi sesama anggota grup," ujar Eka, Sabtu (1/10/2016).
Penjual uang Ringgit di Nunukan yang jumlahnya mencapai 50-an orang tersebut, menurut Eka Berlin, juga harus mewaspadai praktik pencucian uang dari peredaran narkoba, mengingat wilayah perbatasan merupakan jalur peredaran narkoba.
Adanya transaksi penukaran uang Ringgit secara besar-besaran harus diwaspadai oleh penjual uang Ringgit.
"Pencucian uang di sini hasil dari penjualan narkoba (Ringgit) ditukar untuk bisnis lain. Ini harus diwaspadai oleh anggota forum," ujarnya di depan puluhan penjual uang ringgit.
Keberadaan grup di media sosial, lanjut Eka, juga bisa mencegah terjadinya tindak kejahatan.
Sebelumnya, salah satu penjual uang Ringgit, Acok ditemukan tewas di area bandara Nunukan setelah ditelepon seseorang yang mengaku akan menukar Ringgit dalam jumlah banyak.
"Kalau ada grup kan bisa dipantau. Si anu tadi ke sana karena ada yang tukar uang. Kok lama, jadi bisa saling pantau," kata Eka.
Keberadaan forum, lanjut dia, juga bisa menjadi ajang kegiatan sosial saat anggotanya sakit atau melahirkan.
"Dengan komunikasi yang intens antar anggota forum, tindak kejahatan penukaran uang palsu bisa dicegah," pungkas Eka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.