Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Kolam Lele di Pekarangan, Agus Raup Puluhan Juta Rupiah

Kompas.com - 30/09/2016, 22:12 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI,KOMPAS,com - Agus Riyanto, warga Desa Jambesari Kecamatan sempu menghasilkan puluhan juta rupiah dari ikan lele yang ia panen dari kolam yang ada di pekarangan belakang rumahnya.

Tidak tanggung tanggung, dalam waktu empat bulan, dia bisa mengantongi untung hingga Rp 84 juta.

Kepada Kompas.com Jumat (30/9/2016), Agus menjelaskan saat ini memiliki 28 petak dengan perincian setiap empat petak bisa menghasilkan 3 ton lele dengan harga jual per kilo paling rendah Rp 14.000.

"Empat petak kisaran Rp 42 juta. Untuk bibit dan pakan sekitar Rp 30 juta. Jadi keuntungannya per empat petak ya sekitar Rp 12 juta. Kalau 28 petak ya tinggal hitung sendiri," katanya sambil tertawa.

Untuk 28 petak kolam ikan, Agus mengaku menghabiskan dana Rp 60 juta.

Lelaki yang pernah bekerja di bengkel tersebut menunjukkan kelebihan kolam yang ia buat karena menggunakan sistem pemusatan saluran air.

Di tengah kolam dibuat cekungan dengan lebar 1 meter dan kedalaman 10 sentimeter yang berfungsi untuk menampung kotoran lele yang mengandung amoniak. Ketika lele bergerak, maka kotorannya akan luruh dan mengumpul di tengah kolam.

"Setiap pagi yang dikuras ya hanya air dicekungan itu saja dialirkan untuk pupuk tanaman. Jadi ramah air karena kalau dikuras ya hanya di dalam cekungan tidak semua air dihabiskan," jelasnya.

Di bagian atas juga dipasang paranet untuk menghalangi hama seperti burung serta agar daun tidak jatuh langsung ke kolam. selain itu paranet juga berfungsi agar suhu kolam stabil dan tidak terlalu panas.

Dengan pakan full pelet yang mempunyai kandungan protein di atas 30 persen serta sirkulasi air yang bersih, Agus menjamin rasa lele yang dihasilkannya lebih gurih dibandingkan dengan lele lain yang ada di pasaran.

Agus juga rutin memasok lele ke Bali jika kebutuhan lokal sudah terpenuhi.

"Bisa puluhan ton sekali kirim ke Bali tapi saya utamakan sekitar sini dulu. Kalau harganya di Bali lebih mahal Rp 500 per kilo dibandingkan jual lokal. Per kilo untuk Bali isinya 6-8 ekor sementara untuk kebutuhan lokal per kilo yang isinya 8-12 ekor," tambahnya.

Jatuh bangun

Bukannya tidak pernah gagal, Agus mengaku jatuh bangun dalam menjalani bisnisnya. Awalnya dia kesulitan dalam hal pemasaran dan harga di pasaran ditentukan oleh tengkulak. Kemudian dia membentuk Komunitas Ekonomi Lokal di Desa Jambesari untuk menjaga agar harga lele di pasaran stabil serta untuk pengembangan potensi desa khususnya kolam pekarangan..

"Alhamdulilah sekarang anggotanya ada 12 orang dengan jumlah kolam berlainan dan memberikan efek bagus untuk semua anggota. Karena ada iuran dan juga simpan pinjam," jelasnya.

Program 10.000 kolam ikan

Pudjo Hartanto, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi kepada Kompas,com menjelaskan,  Pemda Banyuwangi pada tahun 2011 mencanangkan Gerakan sepuluh ribu kolam ikan dan hingga tahun 2016, kolam ikan yang dibangun sudah mencapai 13.025 kolam ikan yang tersebar di beberapa kecamatan.

Salah satu kecamatan yang memiliki kolam dipekarangan terbanyak adalah Kecamatan Sempu. Dari program ini, tiap tahunnya Banyuwangi berhasil memanen 3.700 ton ikan air tawar dengan perputaran uang mencapai Rp 55 miliar.

”Ada 5.000 warga yang terlibat, jadi jika dirata-rata ada tambahan penghasilan Rp 11 juta per warga,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com