Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Menaker, Indonesia Bisa Jadi Negara Besar pada 2030 jika...

Kompas.com - 10/09/2016, 17:29 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri mengatakan, Indonesia berpeluang menjadi salah satu dari tujuh negara di dunia dengan ekonomi terbesar pada 2030 mendatang.

Namun, untuk mencapai level itu, Indonesia harus memiliki sedikitnya 113 juta tenaga kerja terampil.

"Saat ini baru ada 55 juta orang, jadi harus masih kurang sekitar 60 juta tenaga kerja terampil lagi," kata Hanif saat memberikan kuliah umum di Universitas Darul Ulum Islamic Center Sudirman GUPPI (UNDARIS) di Ungaran, Kabupaten Semarang, Sabtu (9/10/2016) siang.

(Baca juga: Menaker: Pengawasan Ketenagakerjaan Diperlukan untuk Kurangi Tenaga Kerja Asing)

Guna mengejar ketertinggalan jumlah tenaga kerja terampil tersebut, lanjut dia, setiap tahun sedikitnya harus disiapkan 4 juta-an tenaga kerja.

"Waktunya masih 14 tahun. Setahun berarti sekitar 4 juta tenaga kerja yang harus kita siapkan," tambah dia.

Hanif juga menyampaikan, perguruan tinggi berperan penting dalam menyiapkan tenaga kerja terampil.

Namun, kata dia, dibutuhkan keberanian untuk membuat terobosan tentang bagaimana sebuah program studi yang diajarkan di perguruan tinggi menjadi relevan dengan kebutuhan pasar.

Saat ini, menurut Hanif, masih jarang universitas yang menghapus program studi yang kurang relevan dengan perkembangan dunia ketenagekerjaan.

Akibatnya, banyak lulusan universitas yang justru menganggur atau bekerja pada bidang yang tidak sesuai dengan ilmu atau skill yang dimiliki.

"Sebenarnya ini tidak enak diomongkan, tetapi ya daripada tidak terbuka, jadi di republik ini jarang kampus menutup program studi, kalau nambah (program studi) banyak. Karena banyak program studi yang tidak relevan, akhirnya pas lulus tidak kepakai," ujar dia.

Terkait dengan materi kuliah umum yang disampaikan, yakni "Peran Perguruan Tinggi Dalam Menyiapkan Tenaga Kerja yang Berkarakter dan Unggul untuk Menghadapi Tantangan Global", Hanif yang juga warga Kabupaten Semarang ini mengungkapkan bahwa perguruan tinggi Islam harus bisa menjadi "laboratorium kehidupan".

Dengan demikian, diharapkan bisa meningkatkan kualitas masyarakatnya.

(Baca juga: Ini Tantangan Tenaga Kerja Industri Pertambangan di Era MEA)

Dengan predikat keislamannya, perguruan tinggi Islam seperti Undaris ini dinilainya harus bisa membangun karakter para mahasiswanya yang menguasai ilmu pengetahuan serta keterampilan yang bersumber dari ajaran Islam.

"Maka perguruan tinggi Islam seharusnya mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang dalam konteks ke-Indonesiaan disebut manusia Indonesia seutuhnya," kata Hanif.

Turut mendampingi Hanif dalam kuliah umum tersebut, Bupati Semarang Mundjirin dan Sekjen Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Indonesia Samsul Ridwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com