Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Goresan Kanvas dari Sesendok Kopi Bernilai Jutaan Rupiah

Kompas.com - 31/08/2016, 14:46 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Kopi ternyata bisa menjadi bahan untuk melukis. Bahkaan saat ini disebut-sebut sedang tren di dunia seni lukis. Paling tidak ini diakui oleh MA Sutikno, pemilik Sanggar Seni Gedongsongo.

Seniman serba bisa ini mengaku lukisan berbahan warna bubuk kopi saat ini tengah diburu para kolektor. Harganyapun cukup tinggi, tak kalah dengan lukisan berbahan warna cat sintetis.

"Soal harga relatif, kemarin di pameran bahkan sampai puluhan juta rupiah," kata MA Sutikno sat ditemui di sanggarnya, di Jl Ahmad Yani, Ungaran, Kabupaten Semarang, Rabu (31/8/2016) siang.

Sutikno tidak merinci berapa lukisan kopi yang sudah berada di tangan kolektor. Namun dia menyebutkan, di antara kolektornya adalah seorang politisi ternama di Jakarta.

Menurut Sutikno, lukisan berbahan kopi ini bernilai ekonomis tinggi, lantaran harga kopi tidak semahal harga cat air atau cat sintetis yang kerap digunakan dalam melukis. Secara teknikpun, tidak ada yang berbeda dengan teknik melukis dengan bahan cat sintetis.

"Kadang satu sendok (kopi), bisa untuk satu lukisan, tergantung lukisannya apa. Kalau pakai cat sudah berapa? yang jelas lebih murah dan secara teknik sama seperti tehnik cat biasa," ujarnya.

Sutikno mengungkapkan, tren melukis dengan bahan kopi di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak tahun 2005. Lukisan berbahan kopi diangap mempunyai tekstur dan warna yang khas.

Soal kopi yang dipakainya, tak spesifik kopi tertentu yang dipakai oleh Sutikno dalam melukis. Kopi pabrikan atau kopi rumahan tidak masalah. Bahkan residu dari minuman kopipun tetap cantik saat digoreskan ke kanvas.

"Sebetulnya bahan tidak menjamin untuk mengangkat harga, saya rasa batik dari tletong (kotoran) sapi saja harganya bisa ratusan juta. Apresiasi terhadap seni tak membatasi bahan," ujarnya.

Warna kopi menurut Sutikno adalah warna terakhir alami. Namun kopi tradisional menghasilkan warna yang lebih hitam jika dibandingkan dengan kopi pabrikan. Seorang pelukis akan mempertimbangkan penggunaan kopi pabrikan atau kopi tradisional, atau kompilasi dari keduanya bergantung pada lukisan yang akan ia buat.

"Kopi membuat karakter warna dan sifatnya sendiri-sendiri," katanya.

Teknik membuat kopi menjadi cat lukisan sangatlah sederhana. Hanya melarutkan kopi bercampur dengan lem atau perekat lainnya. Proses mencampur ini butuh kehati-hatian agar mendapatkan komposisi yang pas.

"Kalau tidak encer ya tidak akan ndlewer, tidak membias selamanya. Tapi kalau dengan campuran perekat tertentu, ya kita menggores seperti layaknya cat air," jelasnya.

Selain kopi, Indonesia sebenarnya dikarunia bahan-bahan pewarna alami baik dari tumbuh-tumbuha, getah, biji-bijian maupun dedaunan.

Sutikno mengaku belum berpuas diri hanya dengan melukis dengan kopi, namun dirinya hendak mengeksplorasi kekayaan alam Indonesia yang kaya warna. Salah satunya adalah buah naga, lantaran menghasilkan warna merah keungu-unguan yang sempurna.

"Selain itu ada getah pisang untuk warna gelap, atau kalau kita pernah minum wedang secang, warnanya merah kan? kenapa tidak untuk bahan melukis?" ujarnya.

Memanfaatkan pewarna alami, seperti kopi dalam lukisan ini bagi Sutikno selain sebagai wujud kecintaan terhadap produk alam indonesia. Sekaligus berkontribusi dalam pelestarian lingkungan, karena mengurangi pemanfaatan bahan sintetis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com