Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Pendidikan 2 Adiknya, Nurlela Putus Sekolah dan Berjualan Gula Aren

Kompas.com - 01/08/2016, 14:17 WIB
Junaedi

Penulis

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com - Meski bercita-cita bisa sekolah yang tinggi hingga meraih gelar sarjana, Nurlaela, seorang perempuan di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, terpaksa memilih jadi pembuat gula aren untuk membantu sang nenek mencari nafkah.

Anak sulung dari tiga bersaudara ini memilih tak melanjutkan pendidikan ke SMA karena sang nenek yang selama ini merawatnya tak mampu lagi membiayai pendidikan cucunya.

Nurlela kerap mengusap dada saat di depan tungku pembujatan gula milik neneknya saat menyaksikan anak tetangga dan anak-anak lain berangkat ke sekolah.

Saat ditemui di rumah neneknya di Dusun Basseang, Desa Duampanua, Kecamatan Anreapi, Senin (1/8/2016) pukul 06.30, Nurlela tampak sibuk membuat gula aren di sepan tungku pembuatan gula aren milik neneknya.

Nurlela beralasan memilih jadi pembuat gula aren demi membantu sang nenek mencari nafkah untuk kelangsungan hidup keluarga kecilnya. Setelah lulus dari madrasah tsanawiyah (MTs) setingkat SMP setahun lalu, ia tak lagi melanjutkan pendidikan ke SMA karena neneknya tak mampu lagi menopang biaya pendidikan dirinya dan dua adiknya.

Kedua adiknya tetap bersekolah, sementara Nurlela pilih mengalah demi adik-adiknya agar bisa menamatkan pendidikan dasar mereka.

“Daripada dua adik saya mengorbankan pendidikannya lebih baik saya mengalah,” ujar Nurlaela, Senin.

Ayah nurlela sendiri telah lama meninggal dunia, sedangkan ibunya berada di kota Palu. Sejak ibunya menikah dengan pria lain, Nurlela bersama dua adiknya kini tinggal bersama neneknya di rumah kecil berdinding papan bekas.

Setiap hari Nurlela hanya berurusan dengan tungku pembuatan gula, mencari kayu bakar, membersihkan rumah, mencuci pakaian hingga memasak di dapur sebelum kedua adik-adiknya pulang dari sekolah atau neneknya pulang dari kebun.

Setiap hari, Nurlela hanya mampu memproduksi 10 bungkus gula aren. Gula aren itu umumnya dijual seharga Rp 5.000 per bungkus.

 

Tak hanya Nurlaela yang mengubur mimpi meraih pendidikan tinggi hanya karena alasan biaya. Di Dusun Basseang, ada tiga orang anak putus sekolah karena alasan serupa.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Polewali Mandar, Andi Parial Patajangi mengaku belum mengetahui kondisi kehidupan keluarga Nurlela. Namun demikian, dia berjanji akan menyekolahkan siapa pun anak putus sekolah tanpa dipungut biaya sepersen pun.

“Saya belum melihat langsung kondisinya, tapi siapa pun anak putus sekolah karena alasan biaya akan kita sekolahkan tanpa biaya sepersen pun,” janji Patajangi.

Menurut Patajangi, rencananya, Disdik akan memberikan surat rekomendasi agar Nurlaela dapat tetap melanjutkan pendidikan ke sekolah manapun yang diinginkannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com