Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semua Dimulai dari Membangun Kampung

Kompas.com - 23/07/2016, 17:14 WIB

Tim Redaksi

Oleh: Herpin Dewanto Putro

KOMPAS - Di balik deretan gedung perkantoran, mal, dan hotel di Kota Surabaya, Jawa Timur, tersembunyi kampung-kampung hijau nan asri. Di sanalah warga Surabaya berinisiatif untuk bergotong royong membangun sebuah lingkungan yang sehat. Sebuah model hunian modern dengan teknologi sederhana.

Salah satu kampung hijau itu adalah Kampung Bratang Binangun yang terletak di Kelurahan Barata Jaya, Kecamatan Gubeng. Kampung itu disebut kampung hijau karena jika dipandang, kampung itu benar-benar hijau berkat pohon ataupun tanaman dalam pot yang memenuhi halaman depan rumah warga.

Kampung itu juga dikatakan hijau untuk pengertian ramah lingkungan karena sudah menerapkan teknologi pengolahan air limbah. Warga memiliki alat yang memungkinkan mereka membersihkan air dari selokan dan digunakan kembali untuk menyiram tanaman atau mencuci kendaraan.

Alat itu berupa tiga pipa paralon yang dipasang vertikal dan berjajar. Di setiap pipa berisi komponen seperti pasir, batu kerikil, dan batu apung untuk menyaring kotoran yang terkandung dalam air.

"Sebelum masuk ke pipa ini, air disaring dalam bak di bawah tanah. Air yang sudah bersih bisa dipakai 10 keluarga," kata salah seorang warga yang menjadi fasilitator lingkungan, Sumarmi Slamet.

Pekan lalu, warga Kampung Bratang Binangun memamerkan kampung mereka kepada sejumlah wartawan dan pejabat Pemerintah Kota Surabaya dengan Sumarmi sebagai pemandu. Kegiatan itu menjadi semacam geladi resik bagi warga kampung karena mereka akan dikunjungi para peserta The Third Session of The Preparatory Committee for Habitat III (PrepCom 3), sebuah acara yang diselenggarakan PBB pada 25-27 Juli 2016, untuk membahas masalah hunian dan perkotaan.

Bank sampah

Kepada para tamu mereka nantinya, Sumarmi juga akan menjelaskan keberadaan bank sampah di kampung itu. Setiap bulan, bank sampah itu mengumpulkan uang hingga Rp 300.000. Uang yang terkumpul selanjutnya dibagikan kepada warga yang menjadi nasabah atau pengumpul sampah pada waktu-waktu tertentu, seperti saat menjelang Lebaran.

Selain dikumpulkan ke bank sampah, warga kampung itu juga mengumpulkan sampah untuk dijadikan bahan kerajinan tangan. Dengan bermodal gelas minuman plastik bekas, mereka mampu membuat keranjang gelas atau tas yang dijual Rp 70.000 per buah.

Salah satu dari 10 perempuan yang bekerja membuat kerajinan dari sampah itu, Lilik Ichwantono (58), bercerita, ia menjual barang kerajinan tangan itu melalui pameran-pameran yang diadakan Pemkot Surabaya dan mendapat Rp 500.000 dari setiap pameran. "Setiap bulan pasti ada satu atau dua pameran," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com