Warga Suku Tengger Disebut Tak Pernah Telat Bayar Pajak

PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Warga suku Tengger, penghuni lereng Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, disebut sebagai warga yang paling taat membayar pajak. Mereka bahkan malu jika membayar pajak di akhir waktu yang ditentukan apalagi sampai telat.

"Kebiasaan baik suku Tengger ini kalau bayar pajaknya di akhir, mereka malu, apalagi telat. Jadi mereka selalu antre membayar di awal masa pembayaran untuk jenis pajak apapun," kata Hasan Aminudin, mantan Bupati Probolinggo dua periode, yang kini menjabat anggota Komisi VIII DPR RI itu, Kamis (21/7/2016), saat meninjau perayaan Yadnya Kasada di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo.

Kebiasaan baik suku Tengger itu, kata politisi Partai Nasdem ini, layak dicontoh warga Indonesia lainnya dalam hal kepatuhan membayar pajak.

"Itu beberapa tahun lalu saat saya masih menjabat bupati, semoga sekarang semakin baik," terangnya.

Tokoh adat Tengger, Supoyo, mengaku tidak heran jika warga Tengger adalah warga yang taat membayar pajak. Sebab, bagi warga Tengger, pemerintah adalah institusi yang harus ditaati dan dihormati dalam ajaran dan falsafah hidup mereka.

"Ada empat hal yang ditaati dan dihormati oleh suku Tengger di dunia ini, pertama leluhur, kedua orangtua, ketiga guru, dan keempat pemerintah," jelasnya.

Upacara Yadnya Kasada yang prosesnya digelar terakhir hari ini adalah bentuk ketaatan dan penghormatan suku Tengger kepada leluhurnya.

"Leluhur memerintahkan agar setiap tanggal 14-15 bulan Kasada, warga Tengger memberikan sesaji berupa hasil bumi ke kawah Gunung Bromo," terangnya.

Puluhan ribu warga Suku Tengger hidup di lereng Gunung Bromo di 38 desa yang tersebar di empat kabupaten di Jawa Timur, yakni Kabupaten Probolinggo, Malang, Lumajang, dan Kabupaten Pasuruan.

Saat upacara Yadnya Kasada, mereka berkumpul di lautan pasir gunung Bromo untuk menggelar sembahyang di Pura Luhur Poten dan melarung sesaji di kawah Gunung Bromo.