Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga, Ada "Uang Pelicin" dalam Penerimaan Siswa Baru MA Negeri

Kompas.com - 29/06/2016, 09:52 WIB

MEDAN, KOMPAS.com - Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan diduga mensyaratkan "uang pelicin" senilai Rp 11 juta kepada para peserta Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2016/2017 yang tidak lulus seleksi agar tetap dapat diterima.

Dugaan adanya "uang pelicin" tersebut diungkapkan Zulkarnain, orangtua Nurul Fadillah, peserta yang tidak lulus pada pengumuman hasil ujian 22 Juni lalu.

Merasa ada kecurangan dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang digelar MAN 1 Medan, Zulkarnain melapor ke Ombudsman RI Perwakilan Sumut. Ia mengatakan, sejak awal, putrinya memiliki nilai Ujian Nasional yang cukup baik, yakni 33,34.

Adapun indikator penilaian yang dibuat MAN 1 Medan, yakni 40 persen nilai UN, 40 persen nilai tes akademik (tes tertulis), dan 20 persen tes baca Al Quran dan praktik ibadah.

"Anak saya itu pintar. Rangking selalu dia selama SMP. Baca Al Quran pun bisa. Kawannya dia, NEM-nya (Nilai Ebtanas Murni, sekarang Nilai Ujian Nasional) lebih rendah daripada anak saya, tapi bisa lulus. Saya gak mengerti kenapa bisa begitu. Saya minta penjelasan, mereka gak peduli. Itu yang bikin saya kesal," katanya di Kantor Ombudsman RI Perwakilan Sumut, Jalan Majapahit, Medan, Senin (27/6).

Saat meminta penjelasan, Zulkarnain mengaku, pihak MAN 1 Medan menawarinya alternatif lain. Alternatif yang dimaksud, yakni kelas tambahan. Pihak MAN 1, katanya, menamainya dengan istilah kelas mandiri.

Sejak awal, MAN 1 Medan mengumumkan daya tampung 365 siswa, 60 di antaranya diterima melalui undangan.

"Saya ketemu sama KTU-nya (kepala tata usaaha). Dia bilang, nilai tinggi anak bapak gak menjamin. Terus saya tanya, 'Jadi gimana supaya anak saya bisa diterima?' Dia bilang, 'Ya, pakai uang sogoklah. Pakai uang pelicin. Nanti masuk kelas mandiri.' Saya terkejut. Dalam hati saya, kok bisa begitu. Padahal dari awal gak ada yang namanya kelas mandiri," terang Zulkarnain.

Atas arahan pihak MAN 1, Zulkarnain kemudian datang kembali ke MAN 1 untuk mengetahui besaran uang yang harus ia bayarkan agar putrinya dapat diterima.

Dari situ, ia mendapati bahwa pihak MAN 1 mematok Rp 11 juta bagi siswa yang diterima di luar jalur resmi, dan Rp 6 juta bagi siswa yang diterima sesuai jalur resmi.

"Lalu saya datang tanggal 25 (Juni) jam 09.00 WIB. Saya jumpai lagi tata usahanya. Di situ sudah berkumpul 61 orangtua, yang anaknya mau dimasukkan ke kelas mandiri. Target mereka 80 orang. Mereka mau buka dua kelas tambahan. Di situlah diterangkan nominalnya. Kalau yang lulus resmi Rp 6 juta. Itu kata mereka untuk uang buku, uang baju, dan uang sekolah sekali bayar enam bulan, per bulan Rp 100 ribu. Kalau yang jalur mandiri bayar Rp 11 juta," katanya.

Karena, keberatan dengan syarat yang diminta MAN 1, Zulkarnain akhirnya mengurungkan niatnya memasukkan putrinya ke madrasah tersebut.

Selain putrinya, ada juga satu peserta dari Tigabinanga yang telah dinyatakan lulus, namun batal masuk karena keberatan diminta Rp 6 juta.

"Jadinya anak saya masuk (SMA) Al Ulum. Di Al Ulum aja cuma bayar Rp 2,8 juta. Sudah dapat empat pasang baju, dapat buku. Memang munafik semua orang di MAN 1 itu. Munafik!" kata Zulkarnain.

Uang untuk kelas tambahan

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com