Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Motor Tuanya Laku Rp 36 Juta, Pensiunan Guru Ini Sumbangkan Hasilnya

Kompas.com - 06/06/2016, 15:06 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Usai mengabdikan diri dengan menjadi guru di SMA Kolese John De Britto Yogyakarta, Hardjosudiro (80) kini menikmati masa pensiunnya bersama istrinya, Theresia Sutini, di Kampung Mancasan Wirobrajan.

Namun, meski telah pensiun, semangat berbagi untuk sesamanya tetap melekat di dalam hatinya. Hal ini terbukti ketika ia menyumbangkan sebagian besar uang hasil lelang motornya, yakni sebesar Rp 20.000.000 kepada dua yayasan anak difabel Bakti Luhur di Malang, Jawa Timur, dan Yogyakarta.

"Saya mengajar pelajaran Kimia di De Britto, mulai tahun 1970 sampai 1992. Sekarang tinggal berdua dengan istri, menikmati masa pensiun," ujar Hardjosudiro sambil tersenyum saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Senin (6/6/2016).

Salah satu kenang-kenangan mengajar di SMA Kolese John De Britto adalah sepeda motor tua Suzuki warna hijau yang dibelinya tahun 1977. Sepeda motor itulah yang selalu menyertainya selama mengajar dan memiliki nilai sejarah bagi hidupnya.

Hardjosudiro bercerita, ia awalnya membeli sepeda motor tersebut karena diminta oleh Romo pimpinan SMA Kolese John De Britto. Sebab, semua guru sudah menggunakan sepeda motor, sementara dia dan temannya yang rumahnya jauh masih mengendarai sepeda onthel.

"Saya sebelumnya naik sepeda onthel dari rumah Tirtodipuran ke De Britto, lalu Romo meminta beli motor dan dipinjami uang. Ya sudah, saya beli motor ini. Harganya saat itu Rp 300.000, bayarnya potong gaji satu bulan Rp 15.000," ucapnya.

Usai membeli sepeda motor tersebut, ia tidak pernah membeli motor yang lain. Bahkan, sampai saat ini, hanya sepeda motor itulah satu-satunya miliknya. Setelah pensiun tepatnya pada tahun 2014 lalu, Hardjosudiro "rasan-rasan" ingin menjual sepeda motor kenangannya tersebut. Sebab, pada usianya yang sudah lanjut, ia tidak mungkin bisa memperpanjang SIM C.

Terlebih lagi, pada tahun 2015 lalu, ia sakit jantung dan harus memakai alat pacu jantung. Dokter menyarankan agar pria murah senyum kelahiran Yogyakarta, 25 Februari 1936, ini tidak lagi mengendarai sepeda motor.

"Pada usia ini, saya tentu tidak bisa mendapatkan SIM. Kesehatan saya juga tidak memungkinkan. Jadi, saya niat menjual sepeda motor itu," ucapnya.

Ia pun lantas menghubungi salah satu muridnya, alumnus SMA Kolese John De Britto, Gani Sucahyo, yang saat ini menjadi dokter gigi di Kediri, Jawa Timur. Niat itu langsung disambut oleh mantan muridnya dengan melelang sepeda motor tersebut di grup alumni SMA Kolese De Britto.

"Saya cerita ke Gani Sucahyo, lalu dilelang lewat online dan laku," ujarnya.

Dari lelang itu, lanjutnya, sebenarnya harga tertinggi yang ditawarkan hanya Rp 15 juta. Namun, karena para siswa dan alumni SMA Kolese John De Britto itu ditanamkan untuk selalu membantu sesama, mereka lantas patungan. Sepeda motor tahun 1977 miliknya itu akhirnya terbeli dengan harga Rp 36,4 juta.

"Ya tidak mengira sebesar itu, tetapi memang di siswa dan alumni De Britto tertanam jiwa menolong. Dulu saat saya di rumah sakit, mereka juga patungan untuk membantu," ujarnya.

Beberapa hari lalu, Hardjosudiro di jemput oleh alumni SMA Kolese John De Britto untuk menerima uang hasil lelang. Saat itu bersama para alumni bertemu di sebuah cafe di Condongcatur.

Di pertemuan itu, Hardjosudiro juga menceritakan sejarah sepeda motor tua miliknya. Mulai dari membeli sampai dengan peristiwa tabrakan yang pernah dialaminya pada tahun 1986. Karena tabrakan dengan truk, motornya rusak, dan ia harus dirawat di RS selama beberapa hari karena luka di kakinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com