Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah yang Dianiaya Membaik, Polisi Periksa Kejiwaan Sang Ayah

Kompas.com - 17/03/2016, 20:02 WIB

PEKANBARU, KOMPAS — Setelah mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru, kondisi kesehatan Rian Ahmad Riyanto (8), bocah yang dianiaya dan dibuang oleh ayah kandungnya DE (38), relatif membaik. Pada Rabu (16/3/2016) pagi, bocah yang belum pernah mendapat pendidikan formal itu sudah dapat berdiri dan melakukan aktivitas buang air sendiri ke kamar mandi.

"Kondisi umum Rian relatif sudah baik. Tanda-tanda vitalnya sudah normal. Kalaupun ada keluhan hanya pada luka di lehernya. Dia sudah dapat beraktivitas normal meski secara terbatas," ujar Kepala Sub-Bidang Kedokteran Kepolisian RS Bhayangkara dr Komisaris Supriyanto yang dijumpai di rumah sakit, Rabu pagi.

Sampai tadi pagi belum ada seorang pun anggota keluarga yang menjenguk bocah malang tersebut. Belum didapat keterangan tentang keberadaan ibu kandung Rian.

Rian merupakan korban penganiayaan ayah kandungnya, DE, pada Minggu (13/3/2016). DE kesal lantaran anaknya kerap keluyuran dan tidak pamit saat keluar rumah.

(Baca Ayah Siksa Anak dengan Pecahan Kaca, Tubuh Korban Dibuang ke Semak)

Saking marahnya, DE yang sehari-hari menjadi pengemis itu memukul sekujur tubuh Rian dan terakhir menyayat leher anaknya dengan pecahan kaca. Tidak sampai di situ, setelah anaknya terkapar, tubuhnya dibuang ke sebuah lokasi di Pantai Cermin, Jalan Garuda Sakti Kilometer 24, Tapung, Kampar. Ternyata Rian masih hidup dan diselamatkan warga (Kompas, Rabu, 16/3).

Menurut Supriyanto, saat dibawa ke rumah sakit dua hari lalu, kondisi Rian sangat lemah. Tubuhnya dalam kondisi setengah sadar atau hampir kehilangan kesadaran. Bocah itu kehilangan cukup banyak darah sebelum dibawa ke rumah sakit.

"Kami memberikan transfusi darah dan merawat lukanya. Sekarang perkembangannya sangat baik," ungkap Supriyanto.

Supriyanto menambahkan, luka di leher Rian cukup dalam dan dapat membawa dampak serius sampai kematian. Luka di leher itu memanjang dan tidak beraturan.

"Saya tidak dapat mengatakan akibat sayatan pecahan kaca, tetapi dari bentuk robekannya akibat benda yang tajam," kata Supriyanto.

Selain sayatan di leher, sekujur tubuh Rian terdapat luka lecet dan lebam kebiruan. Luka lecet misalnya terdapat di dahi, pipi, bokong, dan pinggul. Tanda luka lecet dan lebam semakin menguatkan penganiayaan yang dilakukan ayahnya sebelum sayatan di leher.

Saat dijumpai di ruangan rawat anak RS Bhayangkara, Rian mengatakan, umurnya baru delapan tahun, bukan 11 tahun. Sampai saat ini, dia belum pernah mendapat pendidikan formal sekolah dasar. Hidupnya sehari-hari lebih banyak di jalan.

"Kata ayah, saya lahir tahun 2008. Saya tidak sekolah, tetapi kawan saya yang sekolah baru kelas satu (sekolah dasar)," katanya.

Pembawaannya cukup riang dan gemar tertawa. Tidak sedikit pun tampak raut kesedihan atau kikuk menghadapi orang di ruangan meski dia baru mengalami peristiwa yang dapat menyebabkan kehilangan nyawanya.

Keluarga pasien dan perawat yang ada di ruang anak memanggil Rian dengan sebutan Rehan. Dia tampak tidak memedulikan. Namun, ketika ditanya nama aslinya, dia tegas mengatakan Rian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com