Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pemuda Eks Gafatar yang Kini Gemar Bercocok Tanam

Kompas.com - 16/03/2016, 07:05 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Sempat terjebak oleh keyakinan yang dianggap sesat membuat Adi Kurniwan (27) bersemangat menata masa depan lebih baik lagi.

Adi, mantan anggota kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) itu, kini asyik menekuni kegemarannya sekaligus berbisnis tanaman hias.

Ditemui di kediamannya di Perumahan Lembah Asri, Desa Mantenan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, pemuda itu tampak tidak segan menunjukkan beberapa tanaman hias serta belasan pot berisi bibit tanaman cabai pelangi, dan terong belanda, yang ada di lantai dua rumahnya.

"Saya lagi mencoba menyemai bibit cabai pelangi. Nanti kalau tumbuh baru dijual. Kalau tanaman lainnya ada tanaman hias, bunga krisan yang saya ambil dari Malang, dan sebagainya," kata Adi, Selasa (15/3/2016).

Sejak kecil, Adi memang sudah gemar bercocok tanam menurunkan bakat sang Ayah, Muh Subari (57). Meski kemudian ia melanjutkan pendidikan tinggi di bidang periklanan di Yogyakarta, Adi tidak bisa meninggalkan hobinya tersebut. Di sela-sela kuliah, ia kerap mengikuti pelatihan dan seminar tentang pertanian di Sleman.

"Saya pernah menaman dengan sistem hidroponik di Sleman. Dalam waktu dekat saya akan mengembangkan tanaman itu lagi di rumah," kata dia.

Pemuda kelahiran 1 April 1988 itu tampaknya tidak ingin lagi mengulangi "kesalahan" yang sama saat bergabung dengan kelompok yang dinilai ilegal itu. Apalagi, ia sempat membuat khawatir keluarga karena tidak memberikan kabar saat ia memutuskan berangkat ke Kalimantan Barat bergabung dengan anggota Gafatar lainnya.

Adi bercerita, selama lebih kurang sebulan tinggal di Kalimantan ia bergabung dengan anggota Gafatar lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. Namun ia tinggal sendiri di sebuah kos di daerah Ketapang, Kalimantan Barat.

"Di sana kami melakukan banyak kegiatan, kalau siang bercocok tanam di ladang, ada juga yang jualan dan sebagainya," katanya.

Adi mengaku berangkat ke Borneo karena ajakan teman. Ia memang tidak pamit karena yakin akan dilarang orangtuanya. Setelah beberapa waktu di sana, ia membaca berita tentang dirinya di media online. Dalam berita itu, keluarga sedang mencari-cari keberadaannya.

"Saya baca di media online berita tentang saya, baru kemudian saya hubungi keluarga ngasih tahu keadaan saya di Kalimantan," ujarnya.

Adi pun menyatakan tidak berniat bergabung lagi dengan kelompok tersebut jika ada tawaran lagi. Sebab ia mengatakan, kelompok Gafatar sudah bubar. Ia ingin lebih fokus menata masa depan dan dekat dengan keluarga.

Dibimbing tokoh agama

Sementara itu, Muh Subari, ayah Adi, mengaku lega bisa kembali memeluk anak sulungnya itu. Ia pun mendukung sepenuhnya aktivitas dan cita-cita Adi yang ingin sukses di bidang jual beli tanaman.

“Saya lega karena Adi bisa pulang. Selama berbulan-bulan lalu saya menunggunya, akhirnya kekhawatirannya saya menghilang," kata pensiunan PNS Pemerintah Kota Magelang itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com