Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Lebih Suka Jual ke Malaysia, Harga Cabai Rp 120.000 Per Kg di Nunukan

Kompas.com - 14/03/2016, 22:17 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com - Para petani cabai di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, ditengarai lebih suka menjual hasil panen mereka ke Malaysia karena adanya selisih nilai tukar uang ringgit. Akibatnya, di Kabupaten Nunukan harga cabai meroket hingga Rp 120.000 per kilogram.

Harga tersebut jauh di atas harga normal cabai lokal, yakni Rp 40.000-Rp 50.000.

Menurut salah satu pedagang cabai di Pasar Inhutani, Nunukan, selain kecenderungan petani menjual ke Malaysia, lambatnya pengiriman cabai ke Nunukan juga menjadi pemicu kelangkaan cabai di pasaran.

Belum lagi panen cabai di daerah Nunukan yang lambat dari biasanya membuat harga cabai mahal.

"Kadang petani suka menjual hasil kebun mereka ke Tawau (Malaysia). Selain itu di sini lambat panen dari biasanya, ditambah pengiriman cabai dari Sulawesi lambat," kata pedagang bernama Muhammad Sidiq, Senin (14/03/2016).

Untuk memenuhi kebutuhan cabai, pedagang terpaksa mendatangkan cabai dari Sulawesi. Namun, karena keterlambatan kapal seminggu terakhir akibat ombak besar, persediaan cabai di Nunukan menjadi langka.

Tak hanya cabai lokal, harga cabai keriting, cabai besar, dan cabai rawit dari Sulawesi juga naik hingga dua kali lipat akibat keterbatasan pasokan.

"Cabai besar biasanya Rp 30.000 jadi Rp 70.000, cabai keriting dan cabai rawit juga naik. Kenaikannya dua kali lipat," kata Sidiq.

Akibat kenaikan harga tersebut, konsumsi pembeli menurun sehingga keuntungan pedagang anjlok.

Masitah, pedagang lain di Pasar Inhutani, mengaku bahwa banyak pembeli yang mengurangi belanja ketika harga sedang mahal.

Menurut dia, harga cabai lokal yang 'meroket' akan segera stabil jika pasokan cabai dari Sulawesi kembali normal.

"Biasanya harga akan kembali normal kalau pasokan dari Sulawesi kembali lancar. Ini hari mulai ada yang turun karena ada kapal yang masuk," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com