Penyerangan itu membuat sebagian siswa dan guru lari kocar-kacir. Sebagiannya lagi berusaha melawan dengan menggunakan badik, panah dan ketapel.
Penyerangan itu sudah berlangsung berkali-kali sejak sebulan terakhir hingga membuat para siswa dan guru tak bisa belajar tenang.
Aparat Kepolisian Resor Pinrang yang tiba dilokasi kejadian mengamankan enam orang yang diduga terlibat dalam penyerangan yang berbuntut perkelahian itu. Beberapa di antaranya adalah siswa sekolah tersebut.
Rabu (24/2/2016) atau hari ini, polisi juga menemukan sejumlah senjata seperti panah, badik, ketapel di lokasi tawuran.
Haswandi, salah satu siswa SMA yang ditangkap polisi pasca-penyerangan sekolahnya mengku membawa ketapel ke sekolah karena alasan gerah dengan pelaku penyerangan yang terus menggaggu sekolahnya saat belajar.
Dia membawa ketapel untuk berjaga-jaga.
“Saya bawa ketapel untuk jaga-jaga saja karena sekolah kami sudah berkali-kali diserang saat belajar,” ujar Haswandi.
Kabag Ops Polres Pinrang, Kompol Rancang menjelaskan, pemicu penyerangan ke sekolah yang berujung tawuran di sekolah ini dipicu dendam lama.
Rancang cenderung menyalahkan pihak sekolah yang lemah dalam melakukan koordinasi dengan unsur muspika untuk mengatasi gangguan kemananan di sekolah.
Meski kasusnya sudah berlangsung lama, menurut Rancang, namun tak ada upaya konkrit dari sekolah untuk menyelesaikan kasus ini.
“Saya menyayangkan sikap sekolah yang lamban berkoordinasi dengan unsur muspika untuk mengatasi gangguan keamanan di sekolah. Padahal kasusnya sudah lama,” jelas Rancang, Rabu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.