Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Tangan Orang-orang Berhati, Medsos Jadi Alat Membantu Sesama...

Kompas.com - 04/02/2016, 09:00 WIB
Zulkarnaini

Penulis


KOMPAS.com - Pada akhir Mei 2015, Edi Fadhil (31) sedang menunggui motornya diperbaiki di bengkel di Desa Lhok Gajah, Sawang, Aceh Utara. Matanya tertuju pada sebuah rumah konstruksi kayu, beratap rumbia, dan berlantai tanah, yang letaknya selemparan batu dari bengkel batu.

Rumah itu milik Habibullah. Usai meminta izin kepada pemiliknya, Fadhil memotret rumah itu dengan kamera telepon genggamnya. Gambar rumah itu diunggah ke akun Facebook miliknya.

Di keterangan gambar, dia menuliskan pesan bernada provokasi. “Saya menantang teman-teman, setiap like dan komentar wajib bayar Rp 100.000 untuk membantu merehab rumah keluarga miskin itu,” kata Fadhil, Selasa (2/2/2016), ditemui di Banda Aceh.

FACEBOOK/EDI FADHIL Salah satu contoh aktivitas Edi Fadhil di Facebook.
Tak ayal, hanya dalam satu bulan, uang sebanyak Rp 12 juta terkumpul untuk merehabilitasi rumah. Para warga media sosial menyumbang dengan ikhlas untuk membangun rumah Habibullah.

Pekan itu juga, rumah reyot Habibullah diperbaiki dan menjadi rumah permanen tipe 36.

Dari peristiwa kecil itu, Fadhil mulai merenungi. Ternyata masih banyak orang yang peduli terhadap nasib orang lain.

Dia pun merasa terpanggil. Dari peristiwa kecil yang mencerahkan itu, kemudian muncullah Gerakan Mari Berbagi.

“Saya yakin setiap orang punya rasa empati pada orang lain, namun terkadang orang tidak memiliki cukup waktu untuk berbagi," kata Fadhil.

Fadhil berusaha menjadi fasilitator, yakni mempertemukan para dermawan dengan mereka yang butuh uluran tangan.

Saat ini sudah ada 10 unit rumah untuk kaum duafa yang dibangun dengan biaya “gotong-royong” warga media sosial.

Fadhil tidak pernah bertemu dengan donator-donatur itu, namun setiap ada sumbangan yang masuk ke rekeningnya, dia unggah ke media sosial miliknya.

“Sebagai pertanggungjawaban, meski sebenarnya mereka tak pernah memintanya,” kata Fadhil yang saat ini bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Sekretariat Pemerintah Aceh.

Selain memfasilitasi para dermawan membangun rumah bagi duafa, "Gerakan Mari Berbagi" juga memfasilitasi penyaluran beasiswa dari donatur kepada anak-anak putus sekolah.

Setidaknya saat ini ada 130 anak, yang semula putus sekolah sudah bisa bersekolah lagi. Besaran beasiswa yang disalurkan antara Rp 150.000–Rp 200.000 per bulan.

Pada awal Januari lalu, Fadhil bersama relawan GMB mengunjungi sekolah di pedalaman Aceh Timur. Sekolah swasta yang hampir roboh.

Untuk mencapai sekolah itu, mereka harus mengarungi sungai dengan perahu kayu selama satu jam. Gambar sekolah dan surat tulis tangan siswa sekolah itu diunggah ke media sosial.

Esoknya, belasan filantropi menghubungi Fadhil dan bersedia membangun sekolah itu. Saat ini sekolah itu dalam proses pembangunan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com