Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hancurnya Bangunan Bersejarah De Locomotief Dipertanyakan

Kompas.com - 22/12/2015, 18:42 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com — Pegiat Komunitas Sejarah Semarang, Jawa Tengah, mempermasalahkan hancurnya bangunan bersejarah De Locomotief yang berada di Jalan Kepodang 20-22, Kota Lama, Semarang.

Kini, Gedung De Locomotief itu memang terlihat hancur dan nyaris roboh. Gedung hanya meninggalkan tembok yang membujur panjang yang sebagian besar temboknya terkelupas, tanpa disertai dengan peneduh atau atap.

Baca: (Luput dari Perhatian Pemkot Semarang Gedung Bersejarah De Locomotief Hancur)

Menurut Ketua KPS Semarang Rukardi, kerusakan itu lebih disebabkan kurangnya perhatian pemerintah dalam merawat benda cagar budaya.

Hal pertama yang bisa dilakukan adalah memastikan gedung itu adalah cagar budaya sehingga bisa diselamatkan menggunakan anggaran pemerintah.

"Apakah bangunan itu sudah cagar budaya atau belum, itu masih belum begitu jelas. Namun, gedung itu salah dianalisis oleh tim peneliti dari Undip dan Bappeda. Yang dijadikan warisan De Locomotief itu gedung di sampingnya, yang sekarang digunakan sebagai Bank Mandiri," ujar Rukardi, Selasa (22/12/2015).

Akibat kesalahan identifikasi itu, lanjut dia, Pemerintah Kota Semarang hanya memfokuskan bangunan pada bangunan yang ada di Jalan Kepodang Nomor 32-34, atau yang sekarang digunakan sebagai Bank Mandiri.

Semestinya, lanjut dia, pemerintah bisa melindungi semua bangunan yang berada di Kota Lama Semarang.

"Yang di Kepodang, mereka salah menentukan letaknya. Gedung De Locomotief roboh dan tidak tercatat milik dokumentasi Pemkot Semarang," kata Rukardi.

"Sebagai kawasan, semestinya itu harus dilindungi karena Gedung De Locomotief masuk wilayah Kota Lama atau dilindungi secara kawasan," kata dia lagi.

Dia menambahkan, De Locomotief sudah sangat layak untuk masuk sebagai bangunan cagar budaya. Alasannya, bangunan koran De Locomotief memberi andil besar bagi terciptanya sejarah Kota Semarang, dan bahkan Indonesia.

De Locomotief adalah salah satu koran yang menjadi penyokong utama politik etis dari Pemerintah Kolonial Belanda.

Politik etis dijalankan sebagai kompensasi karena negeri Belanda yang berutang banyak karena melakukan eksploitasi selama ratusan tahun.

"Meskipun politik etis itu pendidikan kepada bangsa dan bumiputera, itu tidak sampai mencerdaskan rakyat Hindia Belanda. Itu hanya untuk kelangsungan kolonial saja," kata dia.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com