Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani yang Jadi Korban Konflik Agraria Terbanyak Ada di Bengkulu

Kompas.com - 24/11/2015, 15:39 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com - Bengkulu menduduki predikat tertinggi dengan jumlah 38 orang petani yang menjadi korban konflik agraria secara nasional.

Data tersebut diungkapkan Direktur Eksekutif Walhi Bengkulu, Benny Ardiansyah, Selasa (24/11/2015).

"Korban tersebut meliputi dipenjara, ditembak aparat, dan lainnya. Data dikumpulkan sejak tahun 2012, mereka berkonflik dengan perusahaan perkebunan dan pertambangan," kata Benny.

Jumlah korban di Bengkulu tersebut, lebih banyak dibandingkan Sulawesi Tengah dan Lampung. Potret konflik agraria ini menggambarkan betapa buruknya pembangunan agraria di Bengkulu.

"Pemerintah setiap tahun menabung masalah baru, tanpa sanggup menyelesaikan utang-utang kasus agraria masa lalu," kata dia.

"Padahal, otonomi daerah yang seyogyanya dapat menjadi ruang keadilan bagi rakyat, ternyata justru menjadi petaka kemiskinan di mana kekayaan alam dan ruang agraria diobral murah," lanjutnya.

Akibatnya, pemerintah gagal memanfaatkan ruang otonomi sebab yang terjadi bukanlah distribusi kesejahteraan yang semakin merata, melainkan distribusi masalah yang makin meluas.

Benny menilai, masalah konflik agraria bermula dari kebijakan  Pemerintah yang membuat politik “pintu terbuka” bagi investasi asing di sektor perkebunan, pertambangan, perumahan, dan sebagainya.

Dengan sederet masalah yang rumit tersebut, sudah seharusnya ada upaya yang serius dalam penyelesaiannya.

"Jika tidak ada perhatian dan upaya yang serius dari pemerintahan, ke depan untuk menyelesaikan konflik lingkungan hidup, sumber daya alam, dan agraria, maka akan menjadi bom waktu di kemudian hari," tambah dia.

Lebih lanjut Benny mengungkapkan, Walhi Bengkulu memiliki dua agenda utama politik. Pertama, reformasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam.

Kedua, Politik Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup. "Di Provinsi Bengkulu pos biaya untuk lingkungan hidup tahun 2015 hanya Rp 9,24 miliar," ungkap dia.

"Ini tidak sebanding dengan permasalahan lingkungan yang ada. Bagaimana melakukan penyelesaian masalah lingkungan yang ada?" ungkap Benny.

"Semua diakibatkan oleh kegiatan investasi yang tidak memikirikan lingkungan selanjutnya," tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com