Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Korban Prostitusi Anak Malah Jadi Mucikari Cilik

Kompas.com - 21/10/2015, 08:53 WIB
Kontributor Nunukan, Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com - Dua gadis di bawah umur, masing masing IA (13) dan RA (16) diduga menjadi mucikari bagi anak-anak lain seusianya di Nunukan, Kalimantan Utara. 

Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak P2TP2A Kabupaten Nunukan Fajar Arsidana mengatakan, kedua anak tersebut seharusnya mendapat pengawasan.

Pegawasan tersebut menjadi tanggung jawab Kantor Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Nunukan. Terlebih, keduanya pernah manjadi korban prostitusi anak di bawah umur.

“Anaknya masih di bawah umur, tapi sudah mengarah ke mucikari,” ujar Fajar, Selasa (20/10/2015) kemarin. 

Sebelumnya, Fajar menemukan seorang pelajar kelas dua di sekolah menengah pertama di Nunukan menjadi korban. Anak itu "dijual" kepada pria hidung belang oleh IA dan RA.

Fajar mengatakan, IA dan RA, akan memberi obat penenang sebelum "menjual" korban kepada pelanggan.

“Ada korbannya salah satu siswa sekolah menengah, tapi kita kesulitan mengungkap karena korbannya lari,” imbuh Fajar lagi.

"Sayang kepolisian juga tertutup menangani kasus tersebut," sambungnya.

P2TP2A Kabupaten Nunukan menyayangkan minimnya peran pemerintah daerah dalam kasus kekerasan seksual yang melibatkan anak di bawah umur.

Bahkan pemerintah daerah dituding tidak memberikan perlindungan kepada anak anak korban kekerasan seksual.

Ketidakpedulian itu, menurut Fajar,  ditunjukkan dengan tidak adanya anggaran untuk Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Anak.

Korban kasus seksual anak seperti IA dan RA, menurut dia, harus mendapatkan rehabilitasi agar bisa menghilangkan trauma.

Namun, karena tidak mendapat penanganan dengan benar, IA dan RA akhirnya malah menjadi pelaku prositusi anak.

Meski Pemerintah Daerah Nunukan memiliki gedung trauma center untuk menampung anak anak korban kekerasan seksual, namun gedung tersebut tidak bisa dimanfaatkan.

Minimnya sumber daya manusia dan fasilitas gedung yang tidak memadai menjadi alasan tak difungsikannya tempat itu.

Padahal, hingga Okober 2015, P2TP2A Nunukan telah menangani delapan kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur.

Angka tersebut merupakan kasus pelecehan seksual yang dilaporkan kepada P2TP2A. Diyakini, masih banyak kasus pelecehan seksual serupa yang tak dilaporkan.

“Kita datangi gedung trauma center mereka tidak mau menampung anak-anak korban kekerasan seksual,” keluh Fajar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com