Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1.523 Hektar Hutan di Kawasan Konservasi Terbakar, di Mana Pemerintah Daerah?

Kompas.com - 28/09/2015, 14:38 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis

MANADO, KOMPAS.com - Kebakaran di kawasan konservasi Tangkoko, Bitung Sulawesi Utara telah menghanguskan sedikitnya 1.523 hektar dari 8.753 hektar total luas kawasan.

"Ini masih data sementara hingga hari ini dan masih akan terus di-update," ujar Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut, Sudiyono, Senin (28/9/2015).

Sejak 2012, kebakaran memang selalu terjadi di kawasan konservasi itu, tetapi untuk tahun ini terjadi peningkatan yang sangat tinggi. Tahun 2012 ada 227 hektar, menurun pada 2013 hanya 127 hektar dan naik kembali pada 2014 seluas 293 hektar.

"Yang 1.523 hektar itu belum termasuk cagar alam Lokon, suaka margasatwa Manembo-nembo, Warembungan, Gunung Ambang dan Gunung Soputan yang juga terbakar," ungkap Sudiyono.

Keterbatasan personel

Tim Pemadam Kebakaran Manggala Agni Bitung membuat petugas kesulitan memadamkan kebakaran yang terjadi di berbagai kawasan konservasi itu. Beruntung berbagai elemen masyarakat seperti relawan dari pencinta alam ikut membantu upaya pemadaman.

"Jadi ada Polhut, lintas intansi seperti Pemkot Bitung dan TNI/Polri, 500 personel dari Forum Komunikasi Pencinta Alam Sulut, unit SAR Sulut, PMI, kelompok MPA, serta para pemandu wisata dan masyarakat lokal yang datang dari berbagai daerah," ungkap Kepala Daerah Operasi Manggala Agni Bitung, Hambali.

Tidak adanya pembentukan Satuan Tugas (Satgas) khusus penanganan kebakaran hutan membuat upaya pemadaman memang hanya mengandalkan sumber daya terbatas yang dimiliki Manggala Agni. Sementara itu, Manggala Agni di bawah BKSDA Sulut meliputi wilayah operasi Provinsi Sulut dan Provinsi Gorontalo.

"Kami mengimbau pula partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan kebakaran seperti pembentukan Masyarakat Peduli Api. Jadi masyarakat bisa bertindak sendiri ketika melihat ada potensi kebakaran di suatu wilayah sehingga mencegah terjadi kebakaran," ujar Sudiyono.

Kebakaran di kawasan konservasi diakui oleh Sudiyono membuat kerugian yang sulit untuk dihitung, jika dilihat dari musnahnya berbagai keanekaragaman hayati yang ikut terbakar.

Kebakaran itu juga membawa dampak bagi kunjungan wisatawan di Taman Wisata Alam Batuputih. Baik di Batuputih maupun di Cagar Alam Tangkoko terdapat satwa endemik kunci Sulawesi Utara antara lain Monyet Hitam Sulawesi dan Tarsius.

"Tapi beruntung sejauh ini belum ada monyet yang tewas terbakar. Hanya beberapa hewan melata seperti ular yang ditemui terjebak di api, lainnya tetap aman," kata Sudiyono.

Hingga kini, kebakaran hutan dan lahan masih terpantau di beberapa wilayah di Sulawesi Utara. Berbagai elemen masyarakat menyayangkan tidak adanya upaya terkoordinasi yang dilakukan oleh pemerintah provinsi terkait bencana dampak kemarau panjang itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com