Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memancing Ikan di "Sungai Lautan Sampah"...

Kompas.com - 17/09/2015, 16:53 WIB
Kontributor Cirebon KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon

Penulis

CIREBON, KOMPAS.com – “Bengen sih akeh kang mincing ning kene. Tapi kien wes jarang. Masalahe, tiap kali mancing kuh olihe sampah bae ang, dudu iwak. Pemerintahe ga survey bae, embuh bebersihe kapan. (Dahulu sih banyak yang mancing di sini. Tapi sekarang sudah jarang. Masalahnya, tiap kali mancing dapatnya sampah, bukan ikan. Pemerintahnya juga cuma kontrol saja, tidak tahu kapan akan membersihkan)."

Begitulah keluhan Yanto, salah satu warga Desa Batembat, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon, Kamis petang (17/9/2015). Di sela-sela kegiatan mancing itu, Yanto berulang kali mengeluhkan hamparan sampah yang menutupi Sungai Cipager, yang tepat berada di jalur utama pantura.

Sungai lautan sampah. Begitulah sesekali warga menyebutnya. Pasalnya, hampir di seluruh permukaan sungai selebar sekitar lima hingga 10 meter ini, dipenuhi berbagai macam sampah. Bahkan, sampah terlihat memanjang sejak jembatan di jalur utama pantura, hingga beberapa meter ke arah selatan.

Hal itu terbukti saat Yanto, serta beberapa warga menarik pancingan yang sedang dipasangnya di permukaan yang tidak tergenangi sampah, ternyata hanya sampah yang menyangkut.

Namun, meski kotor, bau, dan juga berbahaya, mereka tetap saja melakukan aktivitas pemancingan. Hal ini dilakukan karena memancing sudah menjadi rutinitas warga sekitar setiap menjelang malam.

“Dari pada nganggur di rumah Mas. Mending mancing, bisa dapet beberapa ekor ikan betik, dan lainnya,” kata Nyanto.

Nyanto mengungkapkan, hamparan sampah yang menutupi permukaan sungai bukanlah dari warga sekitar. Ia menduga sampah tersebut berasal dari bagian hulu dan juga sebagian pengendara motor yang membuang sampahnya ke sungai.

Terkait tindakan pemerintah, Yanto mengakui, berulang kali aparat melakukan peninjauan. Namun, ternyata sungai tetap saja dipenuhi sampah. “Pemerintah survei bae, embuh bebersihe kapan,” kata Yanto.

Pardi, pedagang makanan ringan khas Cirebon yang tepat berada di pinggir jalan pantura dan samping sungai, menyebutkan, warga sekitar menggunakan petugas kebersihan dan rutin di buang ke tempat pembuangan sementara (TPS).

Sampah tersebut, kata Pardi, berasal dari sejumlah pedagang pasar Tradisional Pasalaran Kecamatan Weru, yang berulang kali membuang ke sungai. Tak hanya itu, sejumlah pedagang pasar kue Plered juga melakukan pembuangan sampah di sungai.

Bahkan yang terasa mengerikan, sejumlah home industry juga membuang sebagian limbahnya ke sungai ini. “Kalau mau lihat. Mas, jam 12 malem sampai jam 03 pagi, coba ke sini. Nanti akan lihat siapa saja yang buang sampah. Kadang pakai motor sambil jalan langsung lempar, dan ada juga yang sengaja membuang sampah pakai becak,” ujar bapak dua anak ini.

Yanto, Pardi, dan sejumlah pemancing yang berada di lokasi meminta Pemerintah peka dan memperhatikan kondisi ini. Selain berimbas buruk pada warga sekitar, sungai kotor di jalur utama pantura ini juga terlihat banyak orang.

“Saya sih malu mas. Sisi kiri sungai, tempat wisata kuliner khas Cirebon empal gentong dan lainnya. Di sisi kanan, Kampong Batik Trusmi. Banyak orang luar kota sampai wisatawan asing berkunjung ke sini, dan melihat kondisi ini,” ujar Pardi.

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Sungai, Badan Lingkungan Hidup Daerah, Kabupaten Cirebon, Fitri mengaku miris dan prihatin melihat kondisi sampah yang sangat banyak di Sungai Cipager, jalur utama pantura.

Fitri mengaku akan segera berkoordinasi dengan dinas teknis terkait untuk membahas dan mencari solusi masalah tersebut. “Ini masalah lama. Dan sebetulnya, pemerintah juga sering kali melakukan pembersihan. Namun karena tingkat kesadaran masyarakat yang rendah, hingga berulang kali membuang sampah di sungai,” kata dia.

Fitri menjelaskan, genangan sampah yang menutupi permukaan sungai sangat berbahaya bagi kesahatan warga sekitar. Sampah menimbulkan gas, dan bau, yang sangat mengganggu paru-paru warga sekitar. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com