Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Warisan Budaya untuk Perdamaian

Kompas.com - 12/09/2015, 07:04 WIB
Jodhi Yudono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
--Entah apa yang sedang kita kerjakan dengan warisan kebudayaan kita, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Di berbagai belahan dunia, beberapa kelompok manusia dengan bengis menghancurkan warisan budaya yang bisa menjadi pelajaran bagi umat manusia sesudahnya. Pun demikian dengan di Indonesia, demi mengejar "pembangunan", maka "dimusnahkanlah" situs-situs peradaban manusia terdahulu.

Padahal, seperti yang diungkap oleh Wakil Sekretaris Jenderal PBB Jan Eliasson dan Direktur Jenderal Organisasi Pendidikan, Sains dan Kebudayaan PBB (Unesco) Irina Bokova menekankan pentingnya menjaga warisan budaya untuk perdamaian di masa depan umat manusia.

Seperti kita ketahui, beberapa situs arkeologi telah diserang oleh anggota ISIS di Irak dan Suriah, dan baru-baru ini mereka mengambil alih daerah termasuk reruntuhan kota kuno Palmyra di Suriah yang memicu kekhawatiran di seluruh dunia.

Pada April, kelompok ISIS merilis sebuah video yang memperlihatkan militan menggunakan senapan dan palu besi untuk menghancurkan artefak di Hatra. Sebelumnya militan juga merusak situs kota kuno Asiria di Nimrud, Irak dan menghancurkan puluhan potongan-potongan dari museum di Mosul.

"Pembersihan budaya secara sistematis yang menimpa masyarakat di Suriah dan Irak sebagai kejahatan terhadap seluruh umat manusia," kata Wakil Sekretaris Jenderal PBB Jan Eliasson dalam rilis Pusat Informasi PBB (UNIC) Jakarta, Rabu.

Jan dan Irina telah bertemu di Paris, Prancis, Senin (7/9) untuk membahas penghancuran terhadap warisan budaya, dan berbagai langkah-langkah yang memungkinkan untuk melawan bangkitnya ekstremisme kekerasan.

Pertemuan yang dilakukan pada satu hari sebelum digelarnya Konferensi Internasional untuk Perlindungan Korban Kekerasan Etnis dan Agama di Timur Tengah itu diselenggarakan bersama oleh Pemerintah Perancis dan Yordania.

Dalam acara itu, kedua pejabat PBB tersebut juga membahas penghancuran warisan dan perdagangan gelap, serta penganiayaan terhadap masyarakat atas dasar agama dan etnis, yang dipimpin oleh ekstrimis kekerasan, dan dalam konteks meningkatnya krisis kemanusiaan, yang melibatkan jutaan pengungsi serta pengungsi internal.

Dalam sebuah rilis berita dari UNESCO, berbagai langkah yang mungkin dilakukan untuk melawan bangkitnya ekstremisme kekerasan dan memperkuat landasan hidup bersama dalam semua masyarakat adalah melalui pendidikan menuju kewarganegaraan global serta meningkatkan pengetahuan tentang budaya yang berbeda dan tentang sejarah.

"Semua ini menunjukkan bahwa krisis kemanusiaan tidak dapat dipisahkan dari pembersihan budaya,¿ kata Bokova.

Dia menegaskan, hal tersebut adalah bagian dari strategis imperatif yang sama, dan harus berdiri di pusat dari semua upaya untuk membangun perdamaian.

Untuk itu, lanjutnya, warisan budaya dan keragaman daerah yang ada harus dijaga untuk perdamaian di masa depan, sebagai bagian dari identitas seluruh umat manusia.

"Penghancuran terhadap warisan bersama umat manusia adalah kejahatan terhadap seluruh umat manusia, dan penolakan identitas untuk generasi mendatang. Saya melakukan permohonan pada hari ini demi melestarikan warisan budaya sebagai masalah identitas kita bersama," kata Eliason.

Dalam Negeri

Perusakan atas warisan budaya juga terjadi di beberapa tempat di negeri ini. Di antaranya di Jatigede yang akan direndam oleh air waduk.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com