Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kabut Asap di Padang Mengkhawatirkan

Kompas.com - 04/09/2015, 02:08 WIB

PADANG, KOMPAS.com - Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah menyatakan kabut asap yang menyelimuti daerah itu sudah berada pada tingkat yang mengkhawatirkan.

"Kita sudah menurunkan tim untuk mengukur kualitas udara di Kota Padang dan mendapatkan hasil terbaru, yaitu 209,36 g/nm3," kata Mahyeldi didampingi Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedalda) Padang Edi Hasymi di Padang, Sumatera Barat, Kamis (3/9/2015).

Ia menjelaskan, hasil tersebut jauh meningkat dari hasil uji kualitas udara sebelumnya yang hanya 81,73 g/nm3. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan karena batas baku mutu (normal) adalah 150 g/nm3.

Untuk itu, masyarakat diimbau untuk mengurangi kegiatan di luar rumah dan memakai masker saat keluar rumah, karena kabut asap dapat mengganggu pernafasan.

"Karena ini adalah kabut asap kiriman, jadi cara terbaik dilakukan saat ini adalah mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi pada warga," katanya menjelaskan.

Selain itu, katanya, Pemkot Padang akan berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi, untuk mengetahui apa upaya-upaya mengendalikan sumber-sumber yang terbakar.

Ia meminta masyarakat tidak melakukan pembakaran sampah, karena hal tersebut akan memperparah kabut asap di Kota Padang.

Analisis Forecast Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Ketaping, Neli Elfira menyebutkan kabut asap di Kota Padang merupakan kiriman dari provinsi tetangga, yaitu Riau, Jambi dan Sumatera Selatan.

Ia menjelaskan, ketebalan kabut asap tersebut bervariasi karena sifatnya kiriman, sehingga baru akan berkurang jika pada sumbernya terjadi hujan.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang, Eka Lusty mengungkapkan hingga saat ini belum ada laporan mengenai warga yang terkena dampak dari kabut asap.

"Dinas Kesehatan telah menugaskan kepada puskesmas-puskesmas untuk memberikan penyuluhan kepada warga," paparnya.

Eka memaparkan, untuk sekarang belum ada dampaknya, akan tetapi jika udara tercemar dalam jangka waktu yang lama, maka dampaknya adalah iritasi mata, gangguan saluran pernafasan dan sakit paru-paru.

"Kami akan terus pantau perkembangannya, terutama terhadap anak SD atau di bawah umur, karena usia tersebut rentan terhadap penyakit," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com