Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa USU Jatuh dari Asrama dan Meninggal, Ibunya Sebut Ada Kejanggalan

Kompas.com - 21/08/2015, 14:18 WIB
MEDAN, KOMPAS.com - Dengan air mata bercucuran, Pujia Wati mendatangi Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan di Jalan Hindu, Medan, Kamis (20/8/2015) sore.

Ibu tiga empat anak ingin mencari keadilan atas tewasnya Fahmi Perdana Putra, putranya yang meninggal pada pertengahan Juni lalu. Fahmi diduga meninggal setelah terjatuh dari lantai III Gedung Asrama Putra Universitas Sumatera Utara (USU). Saat itu, Fahmi masih berstatus mahasiswa Departemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Pertanian USU.

"Seharusnya dia semester 3 sekarang," kata Pujia tersendat-sendat karena tangisnya.

Pujia merasa ada kejanggalan dalam kematian anak sulungnya itu.

"Dia dulu komting (semacam ketua kelas). Dia lulus ke USU jalur undangan (SNMPTN). Dulu SMA-nya dia di SMA 3 Siantar (Jalan Pane, Siantar). Kami ke sini karena kami mau meminta keadilan. Karena saya rasa ada yang janggal," ungkap warga Jalan Teratai, Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematangsiantar, itu.

Sebagai seorang ibu, Pujia mengaku intuisinya mengatakan bahwa anak sulungnya itu bukan terjatuh seperti yang disebutkan rekan-rekan anaknya saat kejadian. Banyak hal-hal ganjil sebelum kejadian yang membuatnya yakin bahwa anaknya tidak sekadar jatuh.

"Kata kawan-kawannya dia jatuh. Tapi saya enggak yakin. Sebelum kejadian, pada temannya di kos, dia (Fahmi) cerita, 'Kayaknya banyak yang enggak suka samaku.' Terus di tasnya saya temukan ada kertas selembar. Isinya mengancam. Anak saya pasti tahu siapa yang ngirim ini. Tapi dia enggak sempat cerita. Kami merasa janggal. Kawan-kawannya bilang bangunannya roboh sehingga dia jatuh. Saya enggak yakin. Masak dia sendiri yang jatuh. Dan lagi, masak HP-nya masih bagus," katanya.

Bahkan, menurut Pujia, beberapa saat sebelum kejadian, dia dan suaminya sempat bertelepon dengan almarhum.

"Sebelum kejadian itu dia sempat nelepon bapaknya. Ditanya bapaknya, 'kau dimana, Mi?'. Kata si Fahmi 'Ini baru habis main futsal, Yah. Mau nonton bola dulu di tempat kawan, di Asrama Putra'. Selang satu jam kemudian, kawannya nelepon bapaknya, dibilang Fahminya jatuh. Bapaknya sempat enggak percaya dan kami sudah ke TKP. Kami lihat enggak ada yang roboh. Saya yakin anak saya tidak jatuh, saya yakin," tutur Pujia.

Kecewa pada polisi

Pujia mengaku sempat mencoba melaporkan kejanggalan kematian anaknya ke Polsek Medan Baru sebanyak dua kali. Namun, laporannya ditolak.

"Kami sudah ke polisi, dibilang mereka tidak tahu. Dua kali kami sudah melapor ke sana, tapi ditolak," ujar Pujia.

Pujia mengaku kecewa dengan kepolisian. Selain tak tanggap, polisi juga belum melakukan olah TKP hingga sekarang.

Selain kecewa pada polisi, Pujia juga kecewa terhadap pihak USU karena dinilai tak peduli dengan kematian anaknya.

"Waktu meninggal, pihak kampus itu enggak ada tanggapan apa-apa. Malah kami ke TKP, kami tanya satpam di situ, satpam itu nolak. Dia bilang dia enggak tahu. Langsung dia pergi keluar naik kereta (sepeda motor) cepat-cepat," katanya.

Pujia merasa curiga dengan seluruh rangkaian cerita yang didengarnya dari rekan-rekan anaknya.

"Kata kawan-kawannya, pertamanya dia dibawa ke Siti Hajar. Kemudian katanya dibawa ke RS Elisabeth. Elisabeth katanya penuh. Kemudian ke Martha Friska. Waktu kami datang belum ninggal. Tujuh hari kemudian dia baru meninggal. Tanggal 20 Juni (2015)," ujarnya.

Fahmi Perdana Putra meninggal dunia pada 20 Juni 2015 lalu di RS Martha Friska setelah menjalani perawatan selama tujuh hari. Dia diduga terjatuh dari lantai III Gedung Asrama Putra USU pada Sabtu malam, tanggal 13 Juni 2015, sekira pukul 21.00 WIB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com