Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jerit Histeris Pemulung di Puing-puing Kebakaran Lhokseumawe

Kompas.com - 03/08/2015, 08:57 WIB
Kontributor Lhokseumawe, Masriadi

Penulis

LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com — Asmaniar (38), seorang pemulung di Desa Mon Geudong, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, menjerit histeris saat mengumpulkan puing-puing sisa kebakaran rumahnya yang berkontruksi kayu, Senin (3/8/2015) pagi.

Kebakaran pada Minggu (2/8/2015) sekitar pukul 16.00 WIB membuat rumah dia dan rumah lima keluarga pemulung lain kehilangan tempat tinggal. Enam rumah berkonstruksi kayu yang dihuni oleh 16 jiwa itu ludes, rata dengan tanah. Keenam rumah itu masing-masing dimiliki Nurbaidah (55), Ruwaidah (35), Dedi Saputra (24), Asmaniar (38), Tata (35), dan Tores (40).

Pagi ini, Asma terlihat terus menangis sambil mengumpulkan barang-barang yang tersisa. Janda tersebut baru sekitar tiga bulan yang lalu tinggal di kawasan itu untuk menjadi pemulung di Kota Lhokseumawe dan sekitarnya. Barang bekas yang sudah mereka kumpulkan juga ikut terbakar.

"Tiba-tiba saja saya melihat asap tebal mengepul dari rumah yang dikontrakkan kepada Jamillah. Saya lalu menyuruh seorang anak untuk memastikan sumber asap tersebut. Lalu terdengar teriakan 'kebakaran-kebakaran'," sebut saksi mata kejadian itu, Zubaidah.

Zubaidah dan korban lainnya mengaku tidak mengetahui sumber api. Sebab, saat kejadian, tidak ada penghuni rumah yang sedang memasak. Namun, mereka menduga sumber api disebabkan hubungan pendek arus listrik.

"Saya tetap bertahan di sini. Kalau yang memiliki saudara, mereka kemungkinan bisa menumpang di rumah saudaranya itu untuk sementara waktu," ujar Zubaidah dan juga Asmaniar.

Mereka berharap Pemerintah Kota Lhokseumawe memberikan modal kerja agar bisa bertahan hidup dan mencari rumah sewa yang baru. "Jika memungkinkan, kami harap pemerintah membangun rumah sederhana untuk kami yang orang miskin ini," sebut Asma sembari menyeka air matanya.

Lalu, Asma kembali mengumpulkan besi bekas kebakaran dari rumahnya. Dia berharap, besi itu bisa dijual, dan uangnya bisa digunakan untuk bertahan hidup sementara waktu.

Sementara itu, Ketua Taruna Siaga Bencana (Tagana) Lhokseumawe Samsul Bahri menyebutkan, hari ini, Tagana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDP) Lhokseumawe, dan Dinas Sosial Tenaga Kerja Lhokseumawe menyalurkan bantuan masa panik untuk korban kebakaran itu. "Kami salurkan baju daster, sarung, dan bahan-bahan kebutuhan pokok hari ini," ujar Samsul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com