Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arus Mudik dan Efisiensi Waktu yang Terputus

Kompas.com - 17/07/2015, 00:07 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

BREBES, KOMPAS.com - Bertolak dari Jakarta selewat pukul 09.00 WIB, Kamis (16/7/2015), kami cukup gembira ketika bisa melewati gerbang keluar Tol Cikopo-Palimanan sekitar pukul 12.00 WIB. Maklum, beberapa hari ini bombardir berita mengabarkan kemacetan parah dan panjang terjadi di pintu tol Cipali.

Namun, kegembiraan ini tak berumur panjang. Sederet cahaya merah dalam potret, adalah antrean kendaraan menuju kota terdekat yang harus kami lewati, yang itu belum jauh-jauh amat dari Tol Cipali, yaitu Brebes.

Potret "selarik cahaya merah" tersebut Kompas.com ambil sekitar pukul 19.30 WIB. Selama 7,5 jam selepas Gerbang Cipali, kami berkutat meter demi meter dari jalan tol satu ke jalan tol yang lain.

Gerbang Tol Cipali yang semula paling kami khawatirkan, hanya menahan perjalanan kami selama satu jam. Antrean pembayaran tiket jadi penyebab. Ini pun sudah ada antisipasi berupa aksi jemput bola uang pas dan penukaran uang oleh petugas pengelola tol.

Selepas Tol Cipali, perjalanan melambat lagi menjelang gerbang keluar Tol Palimanan-Kanci. Sempat menempuh jarak 8 kilometer dalam waktu satu jam, gerbang ini bisa dilewati setelah mobil merambat 1,5 jam menjelang gerbang. Penyebab kemacetan tak beda dengan Tol Cipali, tapi tak ada antisipasi tambahan dari petugas pengelola tol.

Perjalanan berlanjut, masih menyusuri sisa Tol Palikanci yang mulai rapat antrean kendaraan. Sejumlah pengemudi kendaraan yang kelelahan mulai memarkir kendaraan di tepi jalan. Jumlah rest area tak banyak, yang ada pun tak lagi sanggup menampung kendaraan pemudik. "Rest area kaki lima" mulai marak.

Kabar dari aplikasi pemantau lalu lintas menyebutkan kemacetan parah di pusat kota Brebes, saat kami masih menyusuri Tol Palikanci. Petunjuk arah pun mengarahkan kami yang bertujuan Semarang, Yogyakarta, atau bahkan Jawa Timur, untuk berbelok ke jalan tol setengah jadi Pejagaan-Brebes. Pandangan mata yang melihat antrean mengular kendaraan yang langsung mengarah ke Brebes, ditambah petunjuk itu, memantapkan arah kemudi berputar ke kanan memasuki tol setengah jadi.

Apa daya, kelonggaran yang ditawarkan di tengah jalan setengah Pejagaan-Brebes pupus sekitar pukul 16.00 WIB. Sebuah papan pengumuman berwarna kuning menjadi saksi kami harus tertahan selama dua jam hanya untuk melintasi sebuah persimpangan.

Ini adalah persimpangan antara jalan tol setengah jadi, yang "terpotong" areal lahan milik warga yang belum rampung urusan ganti ruginya, dengan jalan warga setempat. Jarak dari papan pengumuman dan persimpangan tak sampai setengah kilometer.

Kehilangan momentum berbuka puasa yang memadai, kami melanjutkan perjalanan. Meski udara masih berdebu, jalan bergelombang belum mulus teraspal, asa kami menyemangati untuk menghindari kemacetan di pusat kota Brebes.

Namun, di sinilah kami sekarang, sudah mendekati 12 jam dari waktu keberangkatan, menatap selarik panjang cahaya merah di kejauhan dari lampu rem deretan kendaraan yang mengular di depan. Kepastian bahwa 1 Syawal 1436 Hijriah bertepatan dengan 17 Juli 2015, kami rayakan dengan menjaga tawa dan asa melanjutkan perjalanan melewati ujung selarik cahaya merah itu, batas kota Brebes dan Tegal!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com