Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Batam Minta THR kepada Wali Kota

Kompas.com - 15/07/2015, 20:00 WIB

BATAM, KOMPAS — Ratusan warga mendatangi kantor Wali Kota Batam, Kepulauan Riau, Selasa (14/7) pagi. Mereka hendak meminta tunjangan hari raya kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batam, tetapi kedua pejabat itu tidak berada di kantor.

Warga datang dari berbagai penjuru Batam pada Selasa pagi. Awalnya, mereka berkumpul di halaman depan kantor. Mereka memenuhi pelataran hingga menutup pintu di lantai dasar kantor itu. Sebagian dari mereka mengajak serta anak-anak.

Petugas jaga yang kewalahan akhirnya menutup pintu. Namun, tindakan itu tidak menyelesaikan masalah. Warga meminta segera bertemu Wali Kota Batam Ahmad Dahlan dan wakilnya, M Rudi.

Petugas jaga menyatakan kedua pejabat itu tidak berada di kantor. Bahkan, Rudi dinyatakan sedang di Jakarta. "Kami tidak tahu mereka dengar dari mana. Dari APBD tidak ada alokasi THR untuk warga," ujar Kepala Satpol PP Batam Hendri.

Sejumlah warga mengaku mendengar Rudi membagikan tunjangan hari raya (THR) pekan lalu. Karena belum dapat, mereka berbondong-bondong datang ke kantor Wali Kota Batam. Mereka datang karena mendengar pekan lalu THR dibagikan hanya kepada yang hadir di kantor Wali Kota Batam.

Hingga Selasa siang, warga bertahan di halaman depan kantor Wali Kota Batam, walau tidak ada kejelasan akan ada pembagian THR. Mereka bahkan sempat emosi saat dimintai salinan kartu tanda penduduk (KTP), yang mengeluarkan biaya fotokopi. "Kami malah keluar uang sebelum ada kepastian. Sudah bayar ongkos ke sini dan foto kopi KTP," ujar salah seorang warga, Salmah.

Warga semakin emosi saat salinan KTP yang dikumpulkan malah dikembalikan petugas. Meskipun demikian, tetap tidak ada keributan berarti dan sejumlah warga hanya melampiaskan kemarahan dengan menggerutu dan sebagian lagi berteriak.

Setelah menanti lama, warga diarahkan ke lapangan di belakang kantor wali kota. Mereka diminta berbaris lalu akhirnya masing-masing diberi Rp 50.000 "Ini dana pribadi Pak Wakil Wali Kota. Beliau memutuskan demikian karena warga telanjur menunggu," ujar Hendri.

Warga pun berangsur meninggalkan kantor itu setelah menerima Rp 50.000 per orang. Mereka menyatakan puas sudah mendapat uang dari Rudi walau harus menunggu berjam-jam. "Lebih sedikit dari ongkos ke sini, tetapi lumayanlah masih dapat," ujar salah seorang warga.

Belum membayar

Hingga H-4 jelang hari raya Lebaran, tiga perusahaan di Sulawesi Tengah tercatat belum membayar THR kepada sekitar 50 karyawan. Pemerintah Provinsi Sulteng masih berusaha mencari jalan mediasi.

Koordinator Wilayah Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) Sulawesi Tengah Karlan S Ladundu menyatakan, tiga perusahaan tak menghadiri mediasi dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sulteng. "Padahal, kami dan dinas sudah melayangkan surat. Ini preseden sangat buruk kalau THR tidak dibayar," ujar Karlan di Palu.

Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sulteng memastikan pihaknya semaksimal mungkin bermediasi dengan perusahaan dan karyawan. "Hari ini tim dari dinas dan karyawan mendatangi perusahaan, jika perusahaan tak bayar juga, kami akan melakukan pemeriksaan khusus," ujarnya.

Sementara itu, PT Petrokimia Gresik di Jawa Timur menyantuni 1.113 penarik becak Rp 173 juta dan memberikan beasiswa Rp 643 juta kepada 929 pelajar.

Direktur Utama PT PKG Hidayat Nyakman menyebutkan, setiap tukang becak menerima uang tunai Rp 100.000, sarung, dan nasi kotak untuk berbuka puasa. Santunan itu diharapkan meringankan beban penarik becak menyambut Lebaran.

(VDL/RAZ/ACI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com