Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tambah Jumlah Kursi SMP-SMA, Pemkot Bandung Jamin Guru dan Kelas Cukup

Kompas.com - 08/07/2015, 18:06 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, Elih Sudiapermana menjamin ketersediaan guru dan kelas. Jaminan tersebut disampaikan Elih pascapenambahan kuota siswa baru SMP-SMA hingga 2.274 siswa.

"Semalam saya ngobrol dengan semua kepala sekolah, mereka menyatakan guru cukup. Karena saat ini masih ada guru yang kekurangan jam mengajar," ujar Elih dalam konferensi persnya di Bandung, Rabu (8/7/2015).

Selain guru, Elih menjamin ketersediaan ruang kelas. Untuk sekolah yang menambah kuota di bawah 40 siswa, maka tidak perlu penambahan kelas. Karena 40 siswa tersebut akan disebar masing-masing 4 siswa di setiap kelas. Penambahan kelas akan terjadi pada sekolah yang mendapat tambahan kuota lebih dari 40 siswa.

Dari data yang diperoleh, setidaknya ada enam sekolah yang akan menambah ruang kelas. Yakni SMAN 15 dengan tambahan 109 siswa, SMAN 16 dengan tambahan 123 siswa. Lalu SMAN 18 (172 siswa), SMAN 19 (153 siswa), SMAN 21 (274 siswa), dan SMAN 26 (119 siswa).

"Dari hasil perbincangan dengan kepala sekolah, ruang kelas cukup. Ada pula yang akan memanfaatkan laboratorium," tuturnya.

Elih mengungkapkan, penambahan kuota ini akan mengubah standar sekolah yang digunakan Kota Bandung. Awalnya, Kota Bandung akan menggunakan standar nasional dengan 36 siswa per kelas. Namun kini akan kembali menggunakan standar pelayanan minimal yakni 40 siswa per kelas.

Pada intinya, konsep yang diusung Pemkot Bandung bertujuan untuk memeratakan pendidikan. Sehingga tidak ada yang namanya sekolah favorit atau tidak. Karena bisa jadi, pelayanan terbaik berasal dari sekolah yang dianggap orang tidak favorit.

"Saya dapat laporan ada guru yang kerjaannya santai karena anak-anak di sekolah favorit sudah pintar. Dikasih wifi, mereka langsung belajar dengan tekun. Berbeda dengan sekolah biasa, gurunya sangat giat karena murid-muridnya beragam," ucapnya.

Sebenarnya, tidak ada sekolah favorit. Karena anggapan favorit atau tidak berada di pikiran masyarakat.

"Siswa yang pintar, sekolah dimanapun akan tetap pintar. Itu dibuktikan dengan keberhasilan tiga siswa dari SMP yang tidak favorit menjuarai OSN (olimpiade sains nasional)," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com