"Untuk meyakinkan kami dan para donatur, dia itu mengaku profesor dari universitas di Jepang dan doktor dari IPB. Lalu dia dipercaya menjadi ketua LSM, banyak bantuan masuk tapi tidak jelas kemana uang. Sehingga kami curiga dan melakukan investigasi,” kata Wahyudi (40), warga Jakarta, saat ditemui di Mapolres Semarang.
Modus yang digunakan pelaku yakni membuat kegiatan sosial fiktif dan menarik donatur ke sejumlah pihak dengan mengatasnamakan panti asuhan Madinatul Laili di Kabupaten Batang yang ternyata juga fiktif. Saat ini, pelaku sudah kabur dan kasus tersebut dalam pengusutan kepolisian.
Selain itu, ujar Wahyudi, ada juga program-program yang disebut-sebut bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasonal (BNN) untuk penanggulangan narkoba. Ternyata setelah dicek di BNN pusat tidak ada kegiatan tersebut.
"Dia beroperasi di berbagai kota seperti di Jawa dan Sumatera. Saat ini dari hasil penelusuran kami total ada sekitar Rp 21 juta dana yang tidak disalurkan, bahkan mungkin lebih,” imbuhnya.
Sejumlah aktivis sosial dari Jakarta menelusuri keberadaan pelaku dan investigasi mencari bukti-bukti. Termasuk mendatangi rumah pelaku di Jalan HOS Cokroaminoto, Ungaran, yang ternyata hanya ditinggali istri siri pelaku.
“Kami lapor ke Polres karena dia domisilinya di sini. Namun laporan belum bisa diproses karena kasus hukumnya tidak di sini,” imbuhnya