Penyebab kebakaran belum diketahui pasti. Sebab kejadian bersamaan dengan waktu shalat Jumat. Saleh, penjaga kebun tebu mengatakan, kebakaran berawal dari arah timur. Karena angin kencang dan cuaca sedang panas, api cepat menyebar dan membesar.
Dua rumah di sebelah barat kebun tebu sempat terancam api. Namun, antisipasi yang cepat membuat api tak sampai melalap kedua rumah itu. “Api sempat menjilat ke bagian atap rumah saat angin kencang. Namun, saya coba menyiram api yang mendekat ke dua rumah,” ujar Saleh.
Dijelaskan Saleh, kondisi daun tebu memang sudah banyak yang kering dan mudah terbakar. Di bagian tengah kebun paling besar apinya. Bahkan sempat terdengar bunyi seperti ledakan karena besarnya api. "Saya hanya diam saja karena tak punya alat untuk mematikan api. Yang penting api menjauh dari rumah warga,” imbuh dia.
Ketika api sudah hampir melalap seluruh kebun tebu, mobil pemadam kebakaran baru datang. Salah satu petugas beralasan masih shalat Jumat. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pemkab Pamekasan, Ajib Abdullah mengaku tidak rugi atas kejadian tersebut. Sebab kerusakan tebu hanya sedikit dan tebu yang ada sudah memasuki masa panen.
Usia tanaman tebu sudah masuk di bulan kesebelas. “Kalau rugi tidak ada, tetapi kalau beratnya berkurang dan pendapatannya juga ikut berkurang,” ujar Ajib.
Dijelaskan Ajib, tebu yang terbakar belum bisa dipanen. Sebab pabrik giling tebu milik PTPN X belum dibuka. Informasi yang diperoleh Ajib, jadwal pembelian tebu masih tanggal 10 Juni mendatang. “Kalau ditebang sekarang tidak mungkin karena pabrik gula belum ada yang buka. Oleh sebab itu dibiarkan saja sambil menunggu bukanya pabrik,” imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.