"Kami minta untuk dibatasi pembesuknya. Boleh hanya keluarganya saja," kata Edison, di tengah rapat koordinasi penanggulangan ISIS (Negara Islam di Irak dan Suriah) di Jawa Tengah di Semarang, Selasa (7/4/2015).
Edison mengaku kewaspadaan itu perlu dilakukan setelah dia menelusuri jejak para pembesuk yang mengunjungi para napi terorisme, termasuk para pembesuk pemimpin Pondok Pesantren Ngruki, Abu Bakar Baasyir di Lapas Nusakambangan.
Khusus Baasyir, pembesuk yang mengunjungi sepanjang tahun 2014 tercatat lebih dari 900 orang. Ketika berkunjung, kata Edison, tidak sedikit pembesuk menanti dakwah Baasyir. Edison mengaku tak ingin agar dakwah yang disampaikan dalam penjara kepada pembesuknya kemudian disebarkan luas ke masyarakat.
"Tiap minggu kami catat ada 15 orang yang besuk Abu Bakar Baasyir. Parahnya juga semua narapidana di sana ditempatkan dalam satu blok, sehingga sudah kayak pesantren," tambah Edison.
Selain hal itu, Edison juga telah bertatap muka dengan Baasyir secara langsung. Menurut dia, pemikiran Baasyir terkait Indonesia masih sama seperti dahulu menganggap Indonesia laiknya negara 'thogut', sehingga harus diperangi.
"Kami bertemu di sana (Lapas), saya disalahkan, karena membela negara kafir," seru Edison.
Perwakilan Kementerian Hukum dan HAM yang hadir dalam forum itu berjanji akan mendengarkan masukan dari TNI. Dia juga mengakui, terpidana terorisme yang ditahan di Lapas Nusakambangan masih berada dalam satu blok, sehingga interaksi mereka tetap berlangsung.
"Data kami tiap minggu ada 20 orang yang mengunjungi. Nanti akan dibahas kembali sesuai usulan bapak (TNI)," kata seorang dari perwakilan Kemenkumham Jawa Tengah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.