"Mohon untuk memberi tahu yang berkuasa, Gedung KAA merupakan situs bersejarah, jadi tidak bisa dirombak atau bagiannya dipindah-pindah begitu saja," ujar salah satu pelaku sejarah KAA 1955, Abah Landoeng, di Gedung Merdeka, Bandung, Senin (2/4/2015).
Abah Landoeng lalu menceritakan persiapan KAA 1955. Saat itu, awalnya hanya akan dipasang lima tiang bendera peserta KAA. Namun, melihat antusiasme negara-negara di Asia Afrika, para pendiri bangsa menilai untuk menancapkan 30-40 tiang bendera.
"Saat itu, yang datang hanya 29 negara," ungkap Abah Landoeng.
Walaupun pada 1955 hanya dipasang sekitar 30 tiang bendera, para pemimpin zaman dulu sudah melihat perkembangan yang akan terjadi. Karena itu, mereka mempersiapkan dua sisi Gedung Merdeka untuk dipasang ratusan tiang bendera.
"Dari tahun ke tahun, anggota KAA bertambah. Hingga tiang bendera yang ada pun berjumlah 140, yang dibagi ke dua sisi timur dan barat Gedung KAA," tuturnya.
Namun, tiba-tiba, dia dikagetkan dengan informasi pencabutan 70 tiang bendera oleh Pemkot Bandung. Ia menilai tindakan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil kurang bagus, bahkan dikhawatirkan mencederai sejarah.
"Gedung Merdeka merupakan situs yang harus dipelihara. Tidak boleh main pindah, apalagi menghilangkan karena ada dana," ucap lelaki yang ikut mengecat tiang bendera serta menyiapkan mobil mewah untuk para delegasi dalam perhelatan KAA 1955 itu.
Sementara itu, salah watu warga Kota Bandung, Rahmat Jabaril, menilai, apa yang dilakukan Emil, sapaan Ridwan Kamil, hanya untuk kepentingan estetika gedung. Namun, Emil lupa bahwa dalam sebuah estetika ada etika yang harus lebih diutamakan.
"Etikanya itu adalah sejarah. Sejarah tetap lebih utama. Sejarah adalah mata rantai untuk kehidupan pada masa yang akan datang. Jangan sampai apa yang dilakukan Emil menghilangkan jejak sejarah," ucapnya.
Berdasarkan pantauan, 70 tiang bendera di sisi barat Gedung Merdeka telah berubah bentuk. Kini, tiang-tiang tersebut diganti dengan lampu dan dihiasi dengan rangkaian bunga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.