Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelukis di Jelekong Tolak Tawaran Malaysia

Kompas.com - 13/03/2015, 14:24 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com – Pelukis di Desa Jelekong, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung menolak tawaran Malaysia. Meskipun fasilitas dan pendapatan yang ditawarkan tiga kali lebih tinggi daripada di Indonesia. (Baca: 70 Persen Lukisan di Bali Berasal dari Jelekong Bandung)

“Malaysia memang pasar kita. Biasanya kami kirim lukisan ke galeri mereka, dan mereka mengganti merek dengan harga yang tentunya lebih mahal,” ujar pengusaha lukisan Jelekong, Irwansyah di Bandung, Jumat (13/3/2015).

Pada akhir 2012 mereka menginginkan bentuk kerja sama lain. Mereka ingin menarik 10 pelukis di Jelekong untuk pindah ke Malaysia. Semua bentuk akomodasi, transportasi akan ditanggung Malaysia. Bahkan, mereka menjanjikan pendapatan yang menggiurkan, minimal tiga kali lipat dari pendapatan di Jelekong.

Setelah sempat berpikir, Irwansyah menolak kerja sama tersebut. Ia merasa, bekerja di rumah lebih leluasa dan nyaman dibanding negara lain, meskipun tawarannya menggiurkan. “Kami tetap menjalankan bentuk kerja sama yang lama. Tapi sekarang, pembayaran dari Malaysia kerap terlambat,” ucap dia.

Irwansyah mengaku, beberapa pengusaha Malaysia memang kerap nakal dalam hal pembayaran. Berdasarkan hasil obrolannya dengan pengusaha lain di bidang berbeda, pengusaha Malaysia sudah biasa telat dalam hal pembayaran.

“Sekarang pun dah telat pembayaran. Biasanya lukisan yang dikirim ke Malaysia berupa lukisan kaligrafi yang dibingkai dengan khusus. Mereka suka lukisan-lukisan semacam itu,” kata Irwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com