"Kami penumpang tak diberi tahu kabar resmi mengapa pelayaran ditunda, padahal kami banyak membawa barang cepat busuk seperti sayur. Kabar beredar, (kapal) batal berangkat karena tak ada kapten kapal," kata Emianti, salah satu calon penumpang.
Tidak saja Emiati, beberapa penumpang tampak kecewa karena batalnya keberangkatan kapal tersebut. Apalagi, beberapa calon penumpang adalah anak-anak dan mereka ikut telantar di pelabuhan itu.
Jito, staf keagenan kapal dari PT Lautan Kumala mengemukakan, batalnya keberangkatan itu diakibatkan kapten kapal tak memiliki izin berlayar.
"Kabar yang saya dapati kapten kapal tak memiliki izin berlayar sehingga tak ada kapten pengganti, masih menunggu dari Surabaya kapten pengganti," jelasnya.
Dia memperkirakan, kapal tersebut akan kembali beroperasi paling lama empat hari ke depan. Ia juga tak tahu secara pasti siapa pihak yang paling bertanggung jawab atas masalah ini.
"Kita berharap secepatnya ada kapten pengganti. Kalau tidak, kasihan masyarakat jadi telantar seperti ini," harap dia.
Sementara itu, petugas pusat pelayanan satu atap pelabuhan Pulau Baai saat dikonfirmasi menolak memberikan keterangan lebih jauh soal batalnya keberangkatan KM Sabuk Nusantara.
"Kami tak tahu apa penyebab kegagalann keberangkatan itu," kata salah seorang staf.
Begitupula dengan pihak Administrasi Pelayaran setempat belum diapat dikonfirmasi.
Pulau Enggano merupakan pulau terluar Bengkulu. Untuk menuju ke daerah itu dibutuhkan waktu berlayar berkisar sembilan jam, sementara transportasi laut hanya ada satu kapal.