Menurut Pastika, perlu dilakukan kajian komprehensif mengenai masalah tersebut. “Perlu kita pelajari dngan benar kenapa bisa begitu. Kok gampang sekali bunuh diri? Apakah itu kaitannya dengan tradisi Puputan? Jadi kalau aliran filosofi itu seperti aliran fatalistis,” kata Pastika, di Denpasar, Rabu (28/1/2015).
Mantan Kapolda Bali itu mengaku heran dengan pelaku bunuh diri yang dengan gampangnya memutuskan mengakhiri hidupnya saat mendapatkan persoalan. “Kok berpikiran, sedikit-sedikit mati. Udah daripada ribet-ribet mati. Menurut saya ada kaitannya (dengan aliran fatalistis). Seperti kasus di Klungkung, saya pikir bukan orang susah-susah bener itu, masih naik mobil (memiliki mobil),” tambah dia.
Kasus bunuh diri di Bali saat ini diakui Pastika tergolong tinggi. Selain satu keluarga yang bunuh diri bersamaan, kasus ada pula kasus pelajar yang gantung diri dan juga ada anggota DPRD Kota Denpasar yang gantung diri karena terbelit utang.
“Kasusnya di Bali tinggi. Dengan provinsi segede gini rata-rata ada satu yang bunuh diri, ya kurang baik. Nanti kita akan kerjasama dengan perguruan tinggi, itu memerlukan kajian yang lengkap,” kata Pastika.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.