Kedua penumpang itu adalah Viona Florensa Abraham dan Inda Diany Abraham, warga Pulau Leti, Provinsi Maluku. Keduanya berangkat dari Surabaya ke Singapura untuk berlibur, 28 Desember lalu.
"Bersama tim DVI NTT dan perwakilan manajemen Air Asia, kami mengambil DNA kedua orangtua dan sampel air liur untuk keperluan identifikasi jenazah," kata Endang.
Tim DVI sengaja mengutus dirinya, karena secara geografis, meskipun Pulau Leti berada di wilayah provinsi Maluku, namun lebih dekat posisinya dengan Kota Kupang.
"Kalau dari Polda Maluku ke Pulau Leti bisa memakan waktu sepekan perjalanan, namun jika dari Kupang hanya sehari dua malam," terangnya.
Pulau Leti, lanjut Endang, adalah pulau yang sangat terpencil di kepulauan Maluku. Akses transportasi kapal laut hanya ada setiap tiga bulan sekali. Pihaknya bersama manajemen Air Asia tetap berkomitmen mengambil sampel DNA keluarga korban demi memperoleh data akurat untuk kepastian hukum korban.
Hingga hari ini, dari 48 jenazah korban Air Asia yang sudah dikirim ke RS Bhayangkara Polda Jatim, sudah 39 jenazah yang sudah teridentifikasi dan sudah diserahkan kepada pihak keluarga. Sementara itu, sembilan jenazah lainnya masih berada di dalam kontainer pendingin dan mengantre untuk dilakukan identifikasi oleh Tim DVI Polda Jatim. Tim DVI masih menunggu dua jenazah yang rencananya akan dikirim dari Kalimantan Selatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.