Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Elpiji Melambung, Warga Kembali ke Kayu Bakar

Kompas.com - 14/01/2015, 09:19 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com - Harga elpiji tabung tiga kilogram yang melambung tinggi hingga Rp 20.000, atau selisih Rp 5.500 dari harga eceran tertinggi yang dipatok Rp 14.500 disikapi warga Polewali Mandar, Sulawesi Barat, dengan cara beragam.

Sebagian warga menyikapi lonjakan harga ini dengan kembali menggunakan kayu bakar. Anto misalnya. Pedagang ubi goreng dan kerupuk ubi jalar di Desa Batu Dakka, Kecamatan Tapango, ini mengaku terpaksa beralih ke kayu bakar untuk menggerakkan roda usaha ubi goreng dan kerupuk ubi jalar.

Menurut Anto, dengan kembali menggunakan kayu bakar, maka biaya untuk usahanya menjadi lebih murah. Anto mengatakan, selama ini untuk melayani pelanggan kerupuk dan ubi gorengnya, setiap hari ia menghabiskan minimal 3 tabung gas elpiji 3 kilogram, atau kini setara dengan harga Rp 60.000.

Sementara, dengan modal Rp 50.000, Anto sudah bisa membeli satu truk ranting-ranting kayu bakar untuk keperluan rumah tangga dan menggerakkan roda usahanya selama berminggu-minggu.

Meski harus berburu kayu bakar jika kehabisan stok, namun cara ini diakui Anto masih lebih efisien dibanding menggunakan tabung gas yang harganya tidak menentu dan suplainya kadang tak lancar. “Pakai kayu saat ini masih lebih murah dibanding gas, makanya saya kembali pakai kayu bakar meski saya masih harus mencari ke hutan jika ingin membeli kayu bakar,” ujar Anto, warga Tapango itu, Rabu (14/1/2015).

Sementara itu, sejumlah pelanggan elpiji yang ditemui Kompas.com di Polewali Mandar umumnya menyesalkan kebijakan energi pemerintah yang terkesan sulit dikontrol. Elpiji subsidi seharusnya didistribusikan secara teratur dengan harganya yang lebih stabil. Namun faktanya, harga elpiji kerap menjadi permainan agen atau pangkalan, hingga ke pedagang pengecer.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com