Berdasarkan pantauan, di bawah tebing yang sering disebut tebing Lesung Buntung itu terdapat belasan rumah warga yang dihuni sekitar 30 jiwa. Tidak sedikit pepohonan yang tumbang dan condong akibat pergeserasn tanah tersebut. Kondisi tersebut bukan tidak mungkin bisa memicu longsor yang dapat membahayakan keselamatan warga.
Menurut Muamalah, warga setempat, rakahan atau tanah retak muncul setelah hujan mengguyur wilayah itu beberapa hari lalu. Muamalah menduga, rekahan muncul karena tanah tebing tidak mampu menahan air hujan.
"Awalnya tidak begini (retak) dan tidak ada tanda-tanda sebelumnya. Mulai terlihat sekitar empat hari yang lalu," ujar Muamalah, Selasa (23/12/2014).
Rumah Muamalah berada persis di bawah keretakan tanah. Jarak perkebunan dengan tebing dan rumahnya kurang dari dua meter. Rumah dan tebing perkebunan yang retak hanya dibatasi kolam air.
Belakangan Muamalah dan keluarga memilih untuk mengungsi ke rumah kerabat lantaran khawatir jika sewaktu-waktu terjadi longsor. Terlebih jika cuaca sudah terlihat mendung dan hujan.
"Kami mengungsi saja sementara kalau cuaca sedang hujan. Kami takut kalau tiba-tiba longsor," ucap Muamalah.
Umayah, warga lainya menambahkan, keretakan tanah sebetulnya tidak baru sekali terjadi. Belasan tahun lalu, kata Umayah, kondisi serupa juga pernah terjadi tetapi masih kecil. Bahkan rekahan yang muncul kini tiba-tiba keluar mata air.
Tidak hanya satu titik, tapi mata air itu muncul di beberapa titik di sekitar tebing perkebunan dengan air yang jernih. "Di sini dulu tidak ada mata air, tetapi kini tiba-tiba muncul," ucap dia sambil menunjuk sebuah tebing di sekitar rumahnya.
Kepala Desa setempat, Masykur mengatakan, sementara warga hanya melakukan pengurukan tanah pada titik rekahan untuk mengantisipasi terjadinya rekahan baru atau longsor. Pengurukan tersebut juga untuk mencegah air masuk ke dalam rekahan. "Sementara kami baru menutupnya dengan tanah," ucap Masykur.
Masykur menyebutkan, secara keseluruhan ada 13 rumah yang dihuni sekitar 30 jiwa yang tingga di bawah tebing tersebut. Mereka diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terutama jika curah hujan tinggi. "Kami sedang mengajukan proposal bantuan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk membangun saluran irigasi kedap air di wilayah ini, biaya yang kami ajukan sekitar Rp 75 juta," beber Masykur.
Selain di Dusun Basongan, tanah retak sebelumnya juga muncul di Dusun Gorangan Lor, Desa Kalisalak, Kecamatan Salaman atau sekitar satu kilometer dari Dusun Basongan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.