Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Tradisi Tawurji” Ngalap Berkah dan Mempertahankan Kearifan Lokal

Kompas.com - 18/12/2014, 10:50 WIB
Kontributor KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon

Penulis

CIREBON, KOMPAS.com“Tawurjiii, Tawurjiii, Tawur! Tawur Tuan Kaji, Smoga Dawa Umur. Tawur!”. Kalimat yang juga bait lagu itu pun terus dinyanyikan. Mereka terus menyanyikan lagu itu berulang kali, hingga Sang Sultan beserta keluarganya keluar rumah, dengan membawa ribuan uang koin. Sesaat suasana sunyi dan senyap saat mereka berdoa bersama, namun sekejap kemudian, suasana langsung riuh dan ricuh.

Itulah yang tergambar dari tradisi Tawurji yang berlangsung di Keraton Kanoman Cirebon, Jawa barat, Rabu Petang (17/12/2014). Ratusan warga Kota dan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, berdendang menyanyikan bait tersebut berulang kali di Bangsal Jinem, Keraton Kanoman. “Tawurjiii, Tawurjiii, Tawur! Tawur Tuan Kaji, Smoga Dawa Umur. Tawur!” 

Kalimat itu terus dinyanyikan sambil menunggu Sultan Raja Mochamad Emmirudin, beserta keluarga keluar Keraton Kanoman. Ratusan warga berharap keluarga keraton membawa ribuan uang koin yang akan disedekahkan kepada mereka, dengan cara ditawur atau ditabur.

Setibanya di luar, Sang Sultan bersama keluarga dan masyarakat berdoa bersama. Tak lama kemudian, Sang Sultan meraup, dan langsung menaburkan ribuan koin itu ke arah para warga. Seketika, suasana yang semula tenang, berubah menjadi ricuh.

Ibu-ibu, bapak-bapak, remaja dan anak-anak, berebut uang koin. Mereka rela berdesak-desakan, dan bahkan tertindih. Tidak sedikit anak-anak kecil yang terinjak, dan terpukul lantaran saling berebut. Meski demikian, hampir seluruh warga menikmati tradisi itu dengan tertawa dan senang gembira.

Salah satunya adalah Siti Aminah. Ibu beranak satu, itu tampak bercucuran keringan, dan berantakan rambutnya. Ia memasukan puluhan koin yang didapatnya di dalam plastik putih. ”Alhamdulillah, tahun ini saya dapat banyak di banding tahun lalu. Tahun kemarin hanya Rp 30.000, sekarang pasti lebih,” kata Aminah sembari menunjukan segepok uang koinnya.

Dengan senyum lebar, Aminah mengaku, senang mengikuti tradisi Tawurji. Ia berkumpul dengan para warga, dan bersama-sama berusaha mendapatkan uang koin. Meski harus berdesak desakan, terjatuh dan terinjak, tidak ada satupun warga yang marah.

Aminah dan ratusan warga lainnya, mengikuti tradisi tawurji yang setiap tahun digelar dengan suka cita. Selain mengalap berkah, mereka juga membutuhkan uang koin untuk kebutuhan sehari-hari.  “Ngalap berkah, dan juga buat memenuhi kebutuhan aja mas,” kata dia.

Adik Sultan Keraton Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina, mengungkapkan, tradisi tawurji, merupakan budaya peninggalan para raja terdahulu. Pada bulan Safar, ada wabah penyakit yang menyerang Cirebon. Para raja bersodakoh, dengan uang koin yang disebar dan ditabur pada ratusan warga. Warga suka cita mengambil uang koin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Wabah tersebut kemudian perlahan menghilang.

Sementara itu, kata Ratu Arimbi, bait “Tawurjiii, Tawurjiii, Tawur! Tawur Tuan Kaji, Smoga Dawa Umur. Tawur” tidak hanya sekadar nyanyian. Bait itu merupakan harapan dan doa para warga, yang berarti Tawurji, Tawurji, Tawur, Tabur (sedekah) tuan haji, semoga panjang umur, Tabur.

“Ini sebuah tradisi yang sudah berlangsung lama. Tradisi ini, kami niatkan sebagai syukuran dan sedekah kami bersama para warga. Dan dengan ini, kami juga berupaya mempertahankan tradisi yang merupakan kearifan lokal Cirebon,” ungkap dia.

Selain bersedekah, tradisi tawurji juga diisi dengan doa, dan menyambut datangnya bulan maulud, bulan Nabi Muhamad dilahirkan. Sultan, bersama para keluarga, berdoa dan menikmati makanan apem, yang sudah menjadi tradisi Keraton Kanoman Cirebon. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com