Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Tak Punya Biaya, Dua Anak Balita Gizi Buruk Dirawat di Gubuk Sempit

Kompas.com - 17/12/2014, 16:20 WIB
CIANJUR, KOMPAS.com — Dua anak balita kakak beradik penderita gizi buruk asal warga Kampung Pasir Panglay, Desa Hegarmanah, Kecamatan Bojong Pincung, Cianjur, Jawa Barat, terpaksa menjalani perawatan seadanya di rumah orangtuanya karena masalah ekonomi.

Keduanya, Baum Solihin (2) dan Fitri Agustiani (1), anak pasangan Soleh dan Mimin Mintarsih (36), sempat menjalani perawatan di rumah sakit. Namun, orangtuanya memutuskan untuk membawa kedua anaknya itu pulang karena dianggap kondisinya tidak kunjung membaik.

"Setiap minggu, berat badan anak kami terus menurun. Kata dokter, berat normal anak seusia mereka 11 kilogram, sedangkan berat anak kami hanya 6 kilogram. Sempat kami bawa ke rumah sakit, tetapi terbentur biaya dan tidak ada perkembangan, terpaksa kami bawa pulang," kata Mimin, di rumahnya, Rabu (17/12/2014).

Sebelum kedua anak balita tersebut dibawa pulang, pihak rumah sakit meminta dirinya untuk membawa anaknya setiap minggu ke rumah sakit untuk memulihkan kembali kondisi kedua anaknya yang divonis mengidap gizi buruk itu. Namun, karena masalah ekonomi, orangtua kedua anak balita itu memilih untuk merawat sendiri anak mereka di rumah gubuk bambu berukuran 4 x 3 meter.

Selama ini, tutur dia, suaminya hanya bekerja sebagai pemulung dengan penghasilan yang pas-pasan. Setiap hari, hasil memulung hanya cukup untuk membeli beras untuk satu kali makan sehingga untuk menambah gizi kedua anaknya itu dia hanya mengandalkan belas kasihan tetangga.

"Bukan tidak mau membawa anak kami ke rumah sakit, tetapi kami terbentur biaya. Sementara itu, kartu jaminan kesehatan, kami tidak punya dan tidak tahu bagaimana mengurusnya. Kami hanya bisa pasrah," kata ibu dari tujuh orang anak itu.

Dia berharap dapat membawa anaknya ke rumah sakit demi kesembuhan mereka. Namun, kartu jaminan kesehatan yang diberikan untuk warga tidak mampu hingga saat ini belum dia dapatkan.

Dia berharap ada pihak terkait di tingkat desa atau kecamatan yang dapat memberikan kartu jaminan kesehatan tersebut. Sebab, untuk mengurus kartu sehat itu, Mimin tidak memiliki biaya.

"Sekalipun gratis, kami tidak punya persyaratan yang lengkap dan biaya untuk mengurusnya ke desa dan kecamatan yang sudah jelas butuh ongkos. Kami hanya ingin anak kami ini sehat seperti anak balita lainnya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com