Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemkab Belu Dituding Tak Peduli Penderita Penyakit Kulit akibat Limbah

Kompas.com - 04/12/2014, 18:12 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

ATAMBUA, KOMPAS.com — Pastor Paroki Nualain, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Romo Inosensius Nahak Pr menuding Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Belu tak serius menangani puluhan warga Dusun Koin, Desa Ekin, Kecamatan Lamaknen Selatan, yang mengidap penyakit kulit akibat terkena limbah pabrik mangan dari PT Nusa Lontar Resources.

Menurut Romo Inosensius, jumlah penderita penyakit kulit kebanyakan adalah anak-anak. Saat ini, jumlahnya terus bertambah seiring aktivitas perusahaan mangan yang terus beroperasi.

“Jumlah penderita penyakit kulit di Desa Ekin sampai dengan bulan Desember ini terus bertambah banyak, mencapai 40 sampai 50 orang. Penderita terbanyak adalah anak-anak. Pemerintah daerah pernah melakukan pengobatan sebanyak satu kali di Desa Ekin dan dua kali di Dusun Koin, namun tetap saja luka akibat penyakit kulit tersebut tidak sembuh, karena warga mandi di kali yang diduga sudah tercampur limbah,” jelas Romo Inosensius kepada Kompas.com, Kamis (4/12/2014).

Warga di desa tersebut, kata rohaniwan Katolik ini, sangat kesulitan air bersih sehingga terpaksa hanya menggunakan air dari kali setempat yang disebut Beko Sorun. Sementara posisi tambang mangan PT Nusa Lontar Resources berada persis di hulu Kali Beko Sorun.

Makanya, wajar jika warga menduga air itu memang sudah tercampur limbah mangan. Sesuai dengan pengakuan warga bahwa penyakit kulit itu sebelumnya tidak pernah ada. Penyakit kulit baru menyerang warga sejak November 2013 setelah adanya pertambangan mangan yang berada di dekat kawasan permukiman mereka.

“Kita sangat menyayangkan sikap Pemerintah Kabupaten Belu yang menganggap sepele masalah penyakit kulit yang menyerang warga. Kalau hanya satu atau dua orang yang kena itu tentu kita maklumi, tetapi ini sampai 50 orang sehingga pemerintah harusnya serius untuk mengatasinya,” tegas Romo Inosensius.

Padahal, menurut Romo Inosensius, Pemerintah Kabupaten Belu telah berjanji untuk membentuk tim terpadu guna mengawasi dan membuat laporan untuk Gerakan Pro Kehidupan (sebuah organisasi yang menolak tambang mangan di Belu), tetapi tetap saja tidak direalisasikan. Ironisnya, perusahaan tambang mangan Nusa Lontar Resources tetap beroperasi tanpa menghiraukan dampak yang ditimbulkan bagi masyarakat.

Atas sikap masa bodoh pemerintah dan perusahaan mangan tersebut, Romo Inosensius mengaku akan tetap menyuarakan penolakan tambang melalui sejumah sarana yang ada, termasuk media massa sehingga pemerintah bisa sadar untuk kembali berpihak kepada masyarakatnya.

Terkait dengan hal itu, penjabat Bupati Belu Wilem Foni yang dihubungi Kompas.com melalui telepon seluler belum merespons.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com