Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susi: Ini Bencana, Saya Tak Bisa Buka Harga...

Kompas.com - 30/10/2014, 14:08 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com — Minggu pagi, 26 Desember 2004, Indonesia dikejutkan bencana tsunami yang melanda beberapa negara, di antaranya Aceh. Masyarakat yang memiliki saudara atau kerabat di Aceh menangis. Mereka panik dan mencoba menghubungi sanak saudara di Aceh.

Namun, hasilnya? Tak tersambung. Saat itu, saluran telepon sulit diakses. Mereka makin panik dan memutuskan untuk terbang ke Aceh saat itu juga. Ribuan orang memesan tiket secara bersamaan. Bandara menjadi supersibuk. Suara tangisan dan kekhawatiran mengisi Bandara Soekarno-Hatta saat itu. Hanya ribuan doa yang bisa diucapkan untuk keselamatan sanak saudara saat itu.

Penerbangan dari Jakarta ke Medan terbilang lancar di hari itu. Namun, begitu sampai di Medan, tumpukan penumpang terjadi. Jadwal penerbangan ke Aceh yang sedikit membuat penumpang tak tertampung. Jutaan uang di tangan pun tak bisa ditukar dengan tiket pesawat saking antrenya penumpang.

Di antara orang yang mengantre untuk mendapatkan tiket adalah jurnalis. Mereka mencoba berkali-kali untuk mendapatkan tiket, tetapi nihil. Hingga akhirnya, salah satu jurnalis media nasional, Rieska Wulandari, bertemu sesama jurnalis asal Bandung. Lewat jurnalis senior itu, Rieska dipertemukan dengan Susi Pudjiastuti yang telah berhasil membawa pesawatnya ke lokasi yang tak dapat dijangkau.

Di dalam kantornya, Susi Pudjiastuti mempersilakan para jurnalis menggunakan pesawatnya hanya dengan memperlihatkan kartu pers. Rieska sempat bertanya, berapa biaya untuk carter pesawatnya. Susi hanya tertawa sambil berkata, “Ini sedang bencana, saya tidak bisa buka harga," ujar Susi.

Sesampainya di bandara, Susi hanya melambaikan tangan tanpa meminta sedikit pun uang atau memberitakan tentang kiprahnya. “Ia pribadi luar biasa. Hatinya tulus,” ungkap Rieska.

Rupanya bukan hanya jurnalis yang mendapat tumpangan gratis saat itu. Susi membuka lebar-lebar tangannya bagi siapa pun yang sangat membutuhkan tumpangan ke Aceh. Salah satunya, keluarga Riffan.

Riffan mengatakan, saat itu dia sedang bekerja di Aceh. Ketika tsunami menerjang, keluarga sulit menghubunginya. “Ayah akhirnya memutuskan untuk pergi ke Aceh. Awalnya ibu pengin ikut, tapi karena di berita pesawat susah dan harga tiket luar biasa mahal, akhirnya ayah pergi sendiri. Kami bukan keluarga berada, uang yang dimiliki ayah saat itu hanya cukup untuk beli satu tiket,” ucap Riffan.

Begitu sampai di Medan, ayah kebingungan. Ia sempat menelepon ibu untuk terus berdoa agar bisa sampai di Aceh dan membawa anak tunggalnya ini pulang. Setelah hampir seharian menunggu, ia juga dipertemukan dengan Susi.

“Alhamdulillah, ayah dipertemukan dengan Bu Susi hingga akhirnya bisa ke Aceh tanpa keluar uang sedikit pun. Malah Bu Susi memberi sedikit makanan kepada ayah,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com