Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/10/2014, 10:48 WIB
Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty

Penulis

AMBON, KOMPAS.com — Gayatri Wailissa (17), remaja asal Ambon yang mendunia karena keahliannya dalam menguasai belasan bahasa asing, menggemparkan khalayak ramai. Pada Kamis (23/10/2014) sekitar pukul 19.15 WIB, gadis ini dikabarkan meninggal dunia di Rumah Sakit Abdi Waluyo di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Gayatri sempat menjalani perawatan intensif di RS tersebut selama empat hari terakhir.

Pada usianya yang masih sangat belia, rentetan panjang prestasi telah mewarnai hidupnya. Melalui kemampuan berbahasa asing yang dipelajarinya secara otodidak, Gayatri kemudian terpilih mewakili Indonesia ke tingkat ASEAN dan mengikuti pertemuan anak di Thailand dalam Convention on the Right of the Child (CRC) atau Konvensi Hak-Hak Anak tingkat ASEAN.

Ini merupakan kali pertama seorang anak Maluku mengemban tugas negara dan menjadi delegasi tunggal. Dalam forum ASEAN ini, Gayatri mendapat tempat terhormat dan disapa "doktor" karena banyaknya bahasa asing yang dikuasainya itu.

Dalam forum itu, Gayatri mangaku ditunjuk sebagai penerjemah ketika peserta forum anak menyampaikan sesuatu. "Karena hanya saya yang mampu menguasai 11 bahasa, saya diminta membantu menerjemahkan ketika peserta forum anak ingin menyampaikan sesuatu, saya lantas diberi gelar 'doktor' karena kemampuan saya itu," kata Gayatri di Ambon, Senin (17/6/2013) silam.

"Secara nasional, orang mengenal saya sebagai Duta ASEAN untuk anak asal Maluku, dan saya bangga karena saya terlahir sebagai putri Maluku. Tapi, di tempat kelahiran sendiri, saya tidak dihargai. Semua upaya saya untuk mengharumkan nama Maluku sama sekali tidak berarti. Saya terus bertanya mengapa saya diperlakukan seperti ini?" tanya Gayatri.

Ketika pemilihan Putri Indonesia, lanjutnya, begitu banyak baliho dan pengumuman yang dipasang di seantero Kota Ambon. Namun, kekecewaan Gayatri menjadi semakin dalam ketika kepulangannya ke tanah kelahirannya dari Bangkok di Bandara Pattimura kala itu hanya dijemput oleh ayah dan ibunya.

Tidak juga terlihat ada baliho di jalan-jalan. "Mungkin menjadi Duta ASEAN untuk anak ini bukan sesuatu yang penting barangkali bagi pemerintah kita," keluhnya.

Ditolak gubernur

Gayatri pun bercerita, sebelum ke Thailand, dia bersama sang ibu pernah menemui Gubernur Maluku kala itu, Karel Albert Ralahalu. Di kantor Gubernur, dia sempat meminta beasiswa serta percepatan ujian dini. Namun, kata Gayatri, jawaban Gubernur kala itu adalah, "Soal beasiswa lihat saja di internet."

"Soal permintaan ujian dini juga ditolak Gubernur," ungkapnya. "Tapi, life must go on, hidup harus terus berjalan," sambungnya.

"Saya sadari mungkin pemerintah kita punya banyak kesibukan selain memberi perhatian kepada anak-anak seperti saya. Saya tidak akan patah semangat karena hidup saya masih panjang ke depan," ujar putri kedua dari tiga bersaudara ini. (Bersambung)


Baca juga: Gayatri dan Mimpinya Menjadi Diplomat Termuda di Indonesia... (1)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com